Berita

Taliban Pulihkan Internet Afghanistan, Warga Rayakan Kembalinya Akses Digital

— Setelah lebih dari dua hari tanpa akses internet, Afghanistan akhirnya kembali terhubung dengan dunia digital pada 1 Oktober 2025. Warga di berbagai provinsi tampak lega dan merayakan pemulihan layanan internet yang sempat diputus oleh pemerintah Taliban.

Situasi ini membawa angin segar bagi jutaan orang yang bergantung pada layanan digital untuk pendidikan, bisnis, dan komunikasi sehari-hari. Selama pemadaman, aktivitas ekonomi dan sosial sempat terganggu, bahkan layanan darurat ikut terdampak.

Pemulihan Internet Setelah Pemadaman Total

Menurut pengamatan dari lembaga Netblocks, jaringan internet di Afghanistan mengalami “pemulihan sebagian” setelah sebelumnya terjadi pemadaman total selama 48 jam. Sumber dekat pemerintah Taliban mengonfirmasi kepada BBC bahwa keputusan pemulihan ini berasal dari perintah perdana menteri Taliban.

Namun, pemadaman yang berlangsung sejak akhir Oktober 2025 menimbulkan kekhawatiran luas, khususnya bagi perempuan dan anak perempuan yang sudah menghadapi berbagai pembatasan sejak Taliban mengambil alih kekuasaan pada 2021.

Dampak Pemadaman Internet bagi Warga dan Pendidikan

Banyak pelajar dan tenaga pengajar yang merasakan langsung dampak negatif dari penghentian layanan internet. Seorang perempuan dari Provinsi Tahkar, yang meminta nama samaran Shakiba, menyatakan bahwa internet adalah harapan terakhirnya untuk mengakses pendidikan online setelah larangan belajar di sekolah secara langsung.

“Kami ingin belajar dan mendukung keluarga, tapi ketika internet diputus, dunia kami terasa gelap,” ujar Shakiba.

Sama halnya dengan Fahima Noori, seorang mahasiswa yang mengandalkan pembelajaran daring untuk menyelesaikan studinya. Fahima dan dua adiknya kini hanya bisa pasrah karena akses internet terputus.

Larangan dan Pembatasan yang Diterapkan Taliban

Sejak berkuasa, Taliban memberlakukan berbagai aturan ketat yang membatasi hak-hak perempuan, termasuk larangan perempuan bersekolah di atas usia 12 tahun dan penghapusan buku karya perempuan dari universitas.

Pada bulan Oktober 2025, Taliban juga melarang sekitar 140 buku karya perempuan karena dianggap bertentangan dengan syariah dan kebijakan mereka. Kebijakan ini semakin mempersempit ruang edukasi dan ekspresi perempuan di Afghanistan.

Kesulitan Para Pengajar dan Pelajar Online

Zabi, seorang guru bahasa Inggris yang beralih mengajar secara daring, mengatakan bahwa pemadaman internet menghancurkan kesempatan belajar bagi murid-muridnya, khususnya perempuan yang tidak memiliki alternatif lain.

“Sekitar 45 murid saya sedang mengikuti ujian ketika internet tiba-tiba mati. Mereka sudah mempersiapkan diri berbulan-bulan, tapi kesempatan itu hilang begitu saja,” ungkap Zabi.

Selain pendidikan, sektor bisnis juga terdampak parah. Anas, seorang pebisnis penukaran uang di Provinsi Takhar, mengaku pendapatannya turun hingga 90 persen akibat terputusnya koneksi internet.

Bandara Kabul Terhenti dan Isolasi Afghanistan

Gangguan layanan internet juga menyebabkan bandara internasional Kabul hampir berhenti total. Beberapa penerbangan dibatalkan dan jadwal pun kacau, memperparah isolasi Afghanistan dari dunia luar.

Misi PBB di Afghanistan meminta Taliban segera mengembalikan akses internet agar krisis kemanusiaan tidak bertambah parah dan stabilitas ekonomi dapat dipulihkan.

Reaksi Warga dan Harapan Masa Depan

Najibullah, seorang pedagang di Kabul, menggambarkan betapa sulitnya hidup tanpa internet. “Kami seperti buta dan lumpuh, semua bisnis bergantung pada jaringan ini,” katanya.

Meski sudah ada pemulihan, warganet dan aktivis masih menunggu kepastian akses internet yang stabil dan tanpa batasan. Mereka berharap agar teknologi bisa terus menjadi jembatan untuk pendidikan dan kehidupan yang lebih baik di Afghanistan.

Jangan ketinggalan informasi penting! Follow kami sekarang di Google News.

Penulis: Sony Watson