Media Netizen — Ketegangan diplomatik antara Taiwan dan Amerika Serikat kembali memanas terkait usulan produksi chip semikonduktor. Taiwan menolak mentah-mentah rencana AS untuk membagi produksi chip secara “50-50” antara Taiwan dan Amerika Serikat.
Dalam pernyataannya, Cheng Li-chiun, Wakil Perdana Menteri Taiwan, menegaskan bahwa usulan pembagian produksi chip tersebut bahkan tidak menjadi bahan pembahasan dalam perundingan dagang kedua negara. Taiwan lebih fokus pada penurunan tarif timbal balik yang saat ini mencapai 20 persen.
Fokus Perundingan pada Tarif, Bukan Produksi Chip
Dikutip dari CNBC, Cheng Li-chiun mengatakan bahwa dialog antara Taiwan dan AS lebih diarahkan pada pengurangan tarif perdagangan. Sementara itu, usulan pembagian produksi chip 50-50 dianggap bukan topik yang dibicarakan secara serius dalam negosiasi.
Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, sebelumnya mengusulkan agar produksi chip semikonduktor dibagi rata antara AS dan Taiwan. Menurutnya, langkah ini penting untuk mengurangi ketergantungan Amerika Serikat terhadap Taiwan yang selama ini memenuhi 95 persen permintaan chip di pasar AS.
Usulan AS Ditolak Keras oleh Politisi Taiwan
Usulan Lutnick ini menuai kritik keras dari kalangan politisi Taiwan. Eric Chu, Ketua Partai Kuomintang yang merupakan partai oposisi utama, mengecam rencana tersebut sebagai tindakan eksploitasi dan perampasan.
“Tidak ada yang bisa mengkhianati Taiwan atau TSMC, dan tidak ada yang bisa merusak perisai silikon Taiwan,” tegas Chu, merujuk pada TSMC, perusahaan manufaktur chip terkemuka dunia yang berbasis di Taiwan.
Peran Strategis Taiwan dalam Produksi Chip Global
Dominasi Taiwan dalam industri chip global ini diyakini menjadi alasan kuat di balik keamanan negara tersebut dari ancaman militer langsung China. Fenomena ini dikenal sebagai teori “Perisai Silikon” yang menunjukkan bagaimana teknologi tinggi menjadi benteng pertahanan Taiwan.
Namun, Lutnick meremehkan konsep Perisai Silikon, dengan argumentasi bahwa Taiwan akan lebih aman jika produksi chip dapat diseimbangkan antara Washington dan Taipei.
Ketegangan Politik dan Klaim Wilayah
China memandang Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan tidak segan menggunakan kekuatan untuk menguasainya kembali jika perlu. Di sisi lain, Taiwan menolak klaim tersebut dan mempertahankan kedaulatannya secara demokratis.
Ketua Partai Rakyat Taiwan, Huang Kuo-chang, menyatakan bahwa proposal Lutnick berpotensi merusak fondasi sektor teknologi utama Taiwan, yang selama ini menjadi pilar ekonomi dan kekuatan geopolitik pulau tersebut.