Media Netizen — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polri di Pejaten menerapkan standar sanitasi super ketat demi memastikan setiap porsi makanan yang disajikan aman dan higienis. Langkah-langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi risiko keracunan makanan yang pernah terjadi di beberapa wilayah.
Proses pencucian alat masak dan ompreng atau food tray dilakukan dengan teliti, mulai dari pemilahan sisa makanan hingga pemanasan menggunakan oven khusus. Kepala SPPG Polri Pejaten, M Iqbal Salim, menjelaskan bahwa alat makan baru dibersihkan di tempat cuci setelah sisa makanan disortir secara cermat.
Protokol Pencucian Alat Masak yang Ketat
Di tempat pencucian, terdapat tiga keran yang berfungsi secara berurutan. Sink pertama menggunakan air panas dan sabun untuk melunturkan lemak dan minyak. Setelah itu, alat-alat tersebut dipindahkan ke sink kedua untuk disikat dan dibilas guna menghilangkan bekas sabun.
Langkah terakhir adalah pencucian menggunakan air mengalir tanpa sabun untuk membersihkan sisa kotoran secara detail. Setelah pencucian selesai, alat dilap dan kemudian dimasukkan ke dalam oven pengering yang juga berfungsi membunuh bakteri.
Kontrol Sanitasi Bersama Dinas Kesehatan
SPPG Polri bekerja sama dengan Dinas Kesehatan melakukan inspeksi kesehatan lingkungan secara berkala untuk menjaga standar kebersihan MBG. “Pada awal operasional, Dinas Kesehatan telah melakukan inspeksi dan hasilnya sudah baik. Hari ini dilakukan inspeksi ulang untuk evaluasi perbaikan,” ujar Iqbal saat ditemui di Pejaten, Jakarta Selatan.
Sertifikasi Higiene dan Halal
Selain standar kebersihan, SPPG Polri juga telah mendapatkan berbagai sertifikat penting, termasuk sertifikat laik higiene sanitasi, ISO 2018, serta penerapan standar HACCP, GMP, dan BRC. Bahkan, SPPG Polri telah memperoleh sertifikat halal sebagai bagian dari komitmen memastikan kualitas makanan.
Pengelolaan Bahan Makanan yang Terjaga
Untuk menjaga sanitasi, bahan makanan disimpan dan dipisahkan dengan rapi sesuai kategori basah, kering, dan bumbu. SPPG Polri Pejaten yang mulai beroperasi sejak Maret 2025 menyediakan sekitar 3.400 porsi makanan setiap hari yang didistribusikan ke 10 sekolah.
“Jumlah ini masih menengah antara batas minimal 3.000 porsi dan maksimal 4.000 porsi. Kami fokus membenahi sistem sebelum menambah kuantitas,” tambah Iqbal.
Antisipasi Risiko Keracunan dari Air dan Alat Makan
drg. Tetty Seppriyanti, anggota Bidang Pengawasan Gizi dan Makanan Gugus Tugas MBG Mabes Polri, menegaskan bahwa keracunan bisa terjadi akibat alat makan yang tidak bersih dan penggunaan air sumur yang mengandung mikroba berbahaya seperti E. coli.
SPPG Polri Pejaten menggunakan air galon isi ulang untuk memasak guna menghindari bakteri tersebut. Air sumur yang berpotensi tercemar hanya digunakan untuk mencuci dengan penggantian saringan setiap hari.
Dukungan Rapid Test untuk Keamanan Pangan
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengapresiasi kualitas dapur SPPG Polri yang sudah menerapkan rapid test sebelum makanan didistribusikan. Ia menyebutkan bahwa seluruh SPPG di Indonesia akan dilengkapi alat rapid test sesuai instruksi Presiden.
“Seluruh bangunan SPPG dibangun dengan standar tinggi dan melakukan rapid test untuk memastikan keamanan makanan,” ujar Dadan di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat.