Media Netizen — Sarah Mullally menorehkan sejarah baru dengan resmi diangkat sebagai Uskup Agung Canterbury, jabatan tertinggi dalam Gereja Inggris. Pengumuman penunjukan ini disampaikan pada Jumat, 3 Oktober 2025, menjadikannya perempuan pertama yang menyandang posisi tersebut sejak berdirinya gereja.
Bekas kepala perawat nasional Inggris ini akan menjalani upacara pengukuhan dalam beberapa bulan ke depan. Dalam pernyataan pertamanya usai pengumuman, Mullally mengaku menyadari besarnya tanggung jawab yang diemban, namun ia merasa tenang dan percaya bahwa Tuhan akan membimbingnya dalam menjalankan tugas baru itu.
Jabatan Uskup Agung dan Tantangan Kepemimpinan
Mullally dijadwalkan resmi menjabat sebagai Uskup Agung Canterbury dalam upacara resmi di Katedral Canterbury pada Januari mendatang. Ia menggantikan Justin Welby, yang mengundurkan diri pada November 2024 dan secara resmi meninggalkan jabatannya pada Januari 2025, setelah menghadapi kritik terkait penanganan skandal pelecehan di lingkungan gereja.
Sebagai Uskup Agung Canterbury, Mullally akan menjadi pemimpin spiritual bagi sekitar 85 juta umat Anglikan di seluruh dunia. Namun, penunjukannya mendapat kritik dari kelompok konservatif Global Anglican Future Conference (GAFCON) yang terdiri dari gereja-gereja Anglikan di Afrika dan Asia. GAFCON menilai penugasan Mullally menunjukkan Gereja Inggris telah kehilangan otoritasnya dalam memimpin.
Meskipun Raja Charles III secara resmi memimpin sebagai Kepala Gereja Inggris, jabatan Uskup Agung Canterbury tetap menjadi posisi tertinggi sekaligus pemimpin spiritual utama gereja tersebut.
Reformasi dan Perjalanan Karier Mullally
Sebelum menjadi Uskup Agung, Mullally ditahbiskan sebagai pendeta pada 2002 dan menjadi salah satu perempuan pertama yang dikonsekrasi sebagai uskup di Gereja Inggris pada 2015. Sejak 2018, ia memimpin sebagai Uskup London dengan pandangan progresif, termasuk mendukung pemberkatan bagi pasangan sesama jenis dalam kemitraan sipil ataupun pernikahan.
Reformasi yang dilakukan sebelas tahun lalu membuka peluang bagi perempuan untuk menduduki jabatan Uskup Agung, yang akhirnya memungkinkan Mullally menjadi Uskup Agung Canterbury ke-106.
“Saya ingin, dengan sederhana, mendorong Gereja untuk terus bertumbuh dalam keyakinan,” ujar Mullally dalam pernyataan resminya setelah pengangkatan. “Saya menantikan perjalanan iman ini bersama jutaan orang yang melayani Tuhan, serta komunitas di paroki-paroki di seluruh negeri dan dalam Komuni Anglikan dunia.”
Persetujuan Resmi Raja Charles dan Pernyataan Pemerintah
Penunjukan Mullally diumumkan secara resmi oleh kantor Perdana Menteri Keir Starmer setelah mendapat persetujuan dari Raja Charles III. Sebagai kepala monarki, Raja Charles memegang gelar Supreme Governor Gereja Inggris, sebuah jabatan yang dibentuk sejak abad ke-16 saat Raja Henry VIII memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma.
Perdana Menteri Keir Starmer menyatakan, “Uskup Agung Canterbury akan memainkan peran penting dalam kehidupan nasional kita. Saya mendoakan kesuksesannya dan menantikan kerja sama kami.”






