Media Netizen — Suasana haru menyelimuti acara Dialog Siswa Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 46 Banyuwangi pada Jumat (3/10). Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul mengajak Nur Wahidah, seorang ibu tunanetra, maju ke depan untuk berbagi kisah inspiratifnya.
Nur Wahidah adalah ibu dari Mohammad Rehan Meizi, siswa Sekolah Rakyat berusia 12 tahun. Hidup di rumah sederhana seluas 44 meter persegi di Dusun Sidomulyo, Desa Sumberberas, Kecamatan Muncar, Nur menghadapi tantangan berat sejak mengalami kebutaan akibat kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan mantan suaminya.
Kisah Perjuangan Nur Wahidah Menghidupi Anak Sendiri
Pasangan tersebut berpisah saat Rehan berusia satu bulan. “Dulunya waktu masih sama ayahnya, sering kena marah,” ungkap Nur dalam keterangan tertulis pada Jumat (3/10/2025). Sejak berpisah, Nur harus menghidupi anak-anaknya seorang diri tanpa dukungan mantan suami.
“Saya menghidupi anak sekolah dan memberikan segalanya sendiri, karena mantan suami tidak memberi nafkah sama sekali, termasuk biaya sekolah, makan, dan uang saku,” jelas Nur. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dia bekerja sebagai tukang pijat dengan penghasilan sekitar Rp600 ribu per bulan.
Meski mengalami keterbatasan fisik, Nur tetap semangat demi masa depan anak-anaknya. “Karena anak-anak saya butuh saya. Meskipun saya enggak melihat, saya harus semangat demi anak-anak saya,” tuturnya penuh tekad.
Harapan dan Dukungan Lewat Program Sekolah Rakyat
Nur menyampaikan rasa syukur atas keberadaan program Sekolah Rakyat yang digagas Presiden Prabowo Subianto. Dia berharap pendidikan di Sekolah Rakyat dapat membuka peluang lebih baik bagi putranya.
“Saya berterima kasih kepada Bapak Prabowo, karena dengan adanya Sekolah Rakyat ini, saya bisa memasukkan anak saya agar lebih maju ke depannya,” ujarnya sambil menitikkan air mata haru.
Gus Ipul juga sempat berdialog dengan Rehan, memberikan semangat agar dia betah belajar di sekolah tersebut. “Mudah-mudahan betah di sini, ya,” kata Gus Ipul.
Rehan sendiri menunjukkan minat besar pada bidang olahraga, khususnya tolak peluru, dan pernah meraih juara II tingkat kecamatan dalam kejuaraan tersebut.
Dukungan dari Pemerintah Daerah dan Menteri Sosial
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang hadir turut memberikan dukungan kepada Nur. Dia mengingatkan agar Nur terus mendoakan anaknya sebagai bekal utama untuk kesuksesan.
“Rayhan beruntung bisa difasilitasi Sekolah Rakyat. Tapi tetap jangan lupa doakan anaknya karena doa itulah yang paling mujarab menghantarkan anak menjadi orang hebat,” ujar Ipuk.
Sementara itu, Gus Ipul menegaskan bahwa kisah Nur hanyalah satu dari banyak cerita haru yang hadir di Sekolah Rakyat. Program ini merupakan bentuk perhatian pemerintah untuk memberikan pendidikan berkualitas bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu demi masa depan yang lebih baik.
“Memang banyak kisah-kisah haru di Sekolah Rakyat yang seperti ini. Mudah-mudahan keharuan ini menjadi penyemangat kita untuk maju bersama,” imbuh Gus Ipul.
Perkembangan Sekolah Rakyat di Indonesia
Sekolah Rakyat saat ini telah tersebar di 100 titik di seluruh Indonesia dan direncanakan bertambah menjadi 165 titik pada akhir September. SRT 46 Banyuwangi mulai beroperasi pada 30 September 2025.
Sekolah ini menampung 50 siswa SD dan 23 siswa SMA, didukung oleh 19 guru dan 35 tenaga pendidik yang berkomitmen memberikan pendidikan terbaik bagi para siswa.






