Media Netizen — Di tengah terpencilnya Desa Long Sule dan Long Pipa di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, sosok Bripka Rudi tetap teguh mengabdi selama 15 tahun. Meski tanpa akses jalan darat dan aliran listrik PLN, Bripka Rudi terus memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat setempat.
Berada di Kecamatan Kayan Hilir yang dikelilingi pegunungan, dua desa ini hanya dapat dijangkau melalui pesawat perintis. Transportasi terbatas bukan halangan bagi Bripka Rudi untuk mendampingi warga dan menjawab berbagai permasalahan mereka.
Pengabdian Sejak 2011 di Wilayah Perbatasan
Sejak ditugaskan sebagai Bhabinkamtibmas di dua desa tersebut pada 2011, Bripka Rudi menjadi garda terdepan menjaga keamanan sekaligus menjembatani kebutuhan masyarakat. “Saya di sini sudah 15 tahun, dekat dengan masyarakat, selalu mendampingi. Walaupun banyak keterbatasan, terutama transportasi yang hanya bisa menggunakan pesawat,” ujarnya saat diwawancarai pada Senin (29/9/2025).
Wilayahnya berbatasan langsung dengan Malaysia, sehingga akses darat tidak tersedia. Warga pun masih bergantung pada aki dan panel surya karena listrik PLN belum menjangkau desa tersebut.
Tantangan Biaya Hidup dan Transportasi yang Tinggi
Menurut Bripka Rudi, masyarakat merasakan ketimpangan dari sisi kehidupan sehari-hari. Harga kebutuhan pokok seperti gula dan bensin di desa mencapai Rp60 ribu per kilogram dan per liter, jauh lebih mahal dibanding di kota. “Mereka bilang Indonesia sudah merdeka, tapi kita belum merdeka dalam kehidupan,” katanya.
Penerbangan pesawat perintis yang melayani rute ke desa hanya beroperasi tiga kali seminggu dengan tarif sekitar Rp600 ribu. Hal ini menyulitkan warga yang ingin mengurus administrasi seperti pendaftaran PPPK dan pembuatan SKCK. Rudi pun aktif membantu menghubungkan warga dengan Polsek dan instansi terkait meski harus menggunakan pesawat lagi.
Mengawali Tugas dan Menjawab Kebutuhan Warga
Bripka Rudi mulai bertugas di Polsek Kayan Hilir sejak 2010. Ia awalnya penasaran dengan kondisi dua desa yang terpisah dan hanya bisa dijangkau dengan pesawat. Saat mengantar logistik Pilkada, ia berdialog dengan warga yang mengharapkan kehadiran polisi secara permanen.
“Sekitar 20 tahun tidak ada polisi di sana. Mereka minta saya bertugas bersama mereka, dan saya merasa penting untuk hadir di dua desa ini,” ungkapnya.
Upaya Keras Menyediakan Fasilitas Kendaraan dan Internet
Akses jalan yang tidak memadai memaksa Bripka Rudi mencarter pesawat untuk mengirim motor dinas ke lokasi dengan biaya mencapai Rp18 juta. Dana operasional dari Polda terbatas sehingga ia harus menabung selama tiga bulan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. “Di sini tidak ada jalan layak untuk sepeda motor, semua jalan setapak dan harus ditempuh dengan berjalan kaki,” jelasnya.
Selain itu, jaringan seluler belum tersedia di kedua desa. Demi memudahkan komunikasi, Rudi memasang jaringan internet satelit secara pribadi sejak 2016 dengan biaya sekitar Rp60 juta. Ia pun menyediakan layanan wifi dengan harga terjangkau bagi warga dan menanggung biaya bulanan dari hasil tersebut.
Aktif Sosialisasi dan Membangun Keamanan
Bripka Rudi rutin mengunjungi sekolah setiap minggu untuk memberikan sosialisasi mengenai bahaya narkoba, kenakalan remaja, dan latihan baris-berbaris. Kegiatan ini menjadi bagian dari upayanya mendampingi generasi muda di desa terpencil.
Meski menghadapi banyak keterbatasan, warga merasa aman dan nyaman karena kehadiran aparat seperti Bhabinkamtibmas dan Babinsa. Pemerintah kabupaten pun mulai membangun akses jalan dari Sungai Bo ke Desa Long Sule, meski belum bisa dilalui kendaraan bermotor dan belum sampai ke kedua desa tersebut.






