Media Netizen — Jakarta terus berupaya memperkuat sektor pariwisata melalui kolaborasi strategis antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pelaku industri wisata. Kerja sama ini diharapkan dapat mendorong inovasi dan memperluas promosi destinasi ibu kota, khususnya di segmen Meetings, Incentives, Conventions, and Exhibitions (MICE).
Ketua DPD Indonesia Inbound Tour Operator Association (IINTOA) Jakarta dan Banten, Jongki Adiyasa, menyoroti perlunya peningkatan promosi untuk menarik lebih banyak wisatawan ke Jakarta. Menurutnya, meski Jakarta menjadi satu destinasi utama, upaya pemasaran masih kalah dibandingkan negara-negara tetangga seperti Singapura yang kerap menawarkan insentif menarik.
Peran Promosi dan Sales Mission dalam Menggaet Wisatawan
“Jakarta ini satu destinasi tapi masalahnya kita kurang promosi. Negara tetangga kita dalam mengundang datang ke kotanya seperti Singapura memberikan insentif dalam bentuk diskon-diskon,” ungkap Jongki pada Kamis (2/10/2025).
Jongki menambahkan, kolaborasi aktif antara kepala dinas pariwisata dan pelaku industri merupakan momentum penting untuk memperkuat promosi. Tak hanya bersaing di dalam negeri, Jakarta juga harus mampu menarik wisatawan dari luar kota melalui program sales mission.
“Apakah benar Jakarta sudah melakukan promosi dengan baik? Sekarang kita bergerak bersama kepala dinas dengan industri itu adalah satu ajang promosi untuk menyampaikan kepada calon orang yang akan melakukan insentif ke Jakarta karena kita tidak hanya bersaing di dalam negeri tapi juga di luar kota itulah sebabnya sales mission sangat penting,” jelasnya.
Potensi Kepulauan Seribu sebagai Destinasi Unggulan
Jongki mencontohkan Kepulauan Seribu sebagai salah satu destinasi wisata yang memiliki potensi besar. Namun, pengembangan yang matang dan terencana menjadi kunci agar potensi tersebut dapat dimaksimalkan secara optimal.
Sektor MICE dan Perhotelan Jadi Fokus Pengembangan
Di sisi lain, Arini Yulianti, Direktur Eksekutif Asosiasi Hotel Jakarta (Jakarta Hotels Association), menyoroti pentingnya sektor MICE dalam bisnis perhotelan ibu kota. Menurutnya, 66,7 persen bisnis hotel Jakarta bergantung pada sektor pemerintahan, sehingga kebijakan efisiensi berdampak signifikan bagi industri hotel.
“Jakarta itu bisnis hotel 66,7 persen dari pemerintahan, jadi ketika ada policy efisiensi kita terdampak cukup besar buat hotel karena itu sudah urgen mencari alternatif sumber bisnis yang lain. Bagaimana kita punya source yang lain datang dari internasional MICE events,” ujar Arini.
Arini berharap pembentukan task force MICE dapat segera direalisasikan, mengingat fasilitas MICE di hotel-hotel Jakarta memiliki kapasitas yang besar dan tidak kalah dengan convention center.
“Kami berharap task force untuk MICE ini bisa segera. MICE itu signifikan karena itu hotel punya fasilitas MICE yang besar, tidak kalah dari convention center,” tambahnya.