Media Netizen — Wacana pemindahan Patung Jenderal Sudirman di DKI Jakarta kembali menjadi perbincangan hangat. Patung yang telah berdiri sejak 2003 ini direncanakan dipindahkan ke titik perbatasan antara Jalan MH Thamrin dan Jalan Jenderal Sudirman.
Rencana tersebut memicu beragam reaksi dari warga Jakarta. Ada yang menyambut positif demi penataan kawasan transportasi, namun tidak sedikit pula yang menolak dengan alasan sejarah dan biaya.
Warga Dukung Pemindahan demi Penataan Transportasi
Rizky (30), warga Jakarta Pusat, menyatakan dukungannya terhadap rencana pemindahan patung tersebut. Menurutnya, langkah ini penting untuk memperbaiki integrasi transportasi di kawasan Dukuh Atas, terutama mengingat tingginya minat masyarakat terhadap moda transportasi umum seperti KRL, khususnya saat jam sibuk.
“Sebagai warga Jakarta, saya menyambut positif pemindahan Patung Jenderal Sudirman, terlebih demi kepentingan banyak orang. Moda transportasi umum sangat diminati, jadi perbaikan area stasiun perlu dilakukan,” ujarnya saat ditemui di kawasan Sudirman, Sabtu (4/10/2025).
Meski mendukung, Rizky meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk tetap menjaga nilai sejarah patung tersebut. Ia menekankan agar pemprov melibatkan berbagai pihak agar pemindahan tidak menimbulkan polemik.
“Pemprov DKI harus tetap mempertimbangkan makna sejarah dan meminta pertimbangan dari berbagai pihak agar pemindahan tidak menjadi masalah,” tambahnya.
Penolakan karena Biaya dan Nilai Historis
Di sisi lain, Adit (27) menolak pemindahan patung yang menurutnya sudah menjadi ikon Jalan Jenderal Sudirman. Ia berpendapat pemindahan hanya akan menambah beban anggaran pemerintah.
“Sebagai warga yang sering beraktivitas di Jakarta Pusat, saya rasa kurang tepat Patung Jenderal Sudirman dipindahkan. Patung itu sudah bersejarah dan ikonik, jadi memindahkannya berarti mengeluarkan biaya tambahan,” ucapnya.
Adit menambahkan, patung tersebut memiliki nilai historis yang melekat di lokasi saat ini. Jika dipindahkan, menurutnya akan ada sesuatu yang hilang dari identitas kawasan tersebut.
Selain itu, ia mengimbau agar Pemprov lebih fokus menangani masalah utama yang dihadapi warga Jakarta, seperti banjir, polusi, dan kemacetan.
“Patung Jenderal Sudirman sama sekali tidak mengganggu akses transportasi. Jangan keluarkan kebijakan yang tidak menyangkut banyak orang. Kalau tetap dipindahkan, jangan pakai anggaran negara,” tegas Adit.
Warga Lain Soroti Penggunaan Anggaran
Haecal (29) juga menolak rencana pemindahan patung. Ia berargumen bahwa anggaran yang dikeluarkan sebaiknya difokuskan pada program sosial yang lebih mendesak, seperti bantuan untuk warga miskin dan penyediaan lapangan kerja.
“Saya rasa tidak perlu dipindahkan karena sudah terkonsep oleh para pejuang pahlawan di titik itu. Kalau hanya untuk pemandangan masyarakat atau alasan lain, itu buang-buang anggaran. Mending dipakai untuk bantuan kepada rakyat miskin yang masih banyak di Jakarta,” kata Haecal.
Ia menambahkan, pemerintah seharusnya lebih fokus membuka lapangan kerja bagi warga yang masih menganggur.
Gubernur Pramono Anung Pastikan Lokasi Baru Lebih Ikonik
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung memastikan Patung Jenderal Sudirman akan dipindahkan ke perbatasan Jalan MH Thamrin dan Jalan Jenderal Sudirman. Menurutnya, lokasi tersebut strategis dan akan menjadikan patung lebih ikonik.
“Saya akan memindahkan Patung Sudirman betul-betul di perbatasan antara Thamrin dan Sudirman,” ujar Pramono di kawasan Koja, Jakarta Utara, Jumat (3/10).
Pramono menjelaskan, lokasi baru berada di jalur strategis menuju kawasan Dukuh Atas yang tengah dikembangkan sebagai simpul transportasi transit-oriented development (TOD).
“Sehingga tempatnya malah jadi lebih ikonik. Saat naik ke atas Sudirman ke Dukuh Atas, patung itu akan bisa dinikmati warga Jakarta, terutama saat macet, karena akan nampak lebih baik,” jelasnya.
“Prinsipnya, pasti akan mendapatkan tempat yang lebih baik,” tambah Gubernur.






