Tekno & Sains

Pakar ITB Sebut Lelang Frekuensi 1,4 GHz Dorong Internet Cepat Merata hingga Daerah 3T

— Konektivitas internet yang merata hingga ke pelosok Indonesia menjadi harapan banyak pihak, terutama di era digital saat ini. Namun, kesenjangan akses internet antara kota besar dan daerah terpencil seperti wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) masih menjadi tantangan besar.

Dalam upaya mempercepat pemerataan akses internet cepat, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) tengah menggelar lelang frekuensi 1,4 GHz. Pakar dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (STEI ITB), Ian Josef Matheus Edward, menilai langkah ini sangat strategis untuk menjawab kebutuhan koneksi internet yang merata di seluruh Nusantara.

Teknologi dan Perangkat Siap Mendukung

Menurut Ian, penggunaan frekuensi 1,4 GHz tidak akan menjadi kendala bagi para vendor perangkat. “Frekuensi 1,4 GHz untuk vendor membuat modemnya tidak masalah karena sudah ada yang 2,4 GHz. Tinggal mengganti beberapa komponen. Jika sudah ada pasar dan masif besar, harga CPE-nya akan murah,” jelasnya saat ditemui detikINET.

Dia menambahkan, ketersediaan perangkat pelanggan (Customer Premises Equipment/CPE) juga diperkirakan akan cepat karena ekosistem pendukung sudah siap dan telah melalui pengujian kelayakan dengan jaminan Service Level Agreement (SLA) minimal 100 Mbps.

Harga Lelang dan Investasi yang Efisien

Ian menekankan bahwa lelang frekuensi ini dilakukan secara regional sehingga harga penelitian dan lelang tidak akan mahal. Kondisi ini memungkinkan kebutuhan investasi awal (capex) menjadi lebih rendah, sehingga pembangunan jaringan bisa cepat terlaksana.

“Khusus untuk lelang frekuensi karena bersifat regional, maka research price lelangnya tidak akan mahal. Sehingga capex-nya akan murah, sehingga pembangunan akan cepat dan layak sebagai enabler internet fixed broadband 100 Mbps,” ujarnya.

Prioritas Pemerataan dan Manfaat Maksimal

Dalam pembangunan jaringan 1,4 GHz, Ian mengimbau agar asas manfaat dan pemerataan menjadi fokus utama. “Saya mengharapkan pembangunan diutamakan pemberian dampak manfaat terbesar lalu yang berkeadilan dan merata,” katanya.

Selain itu, kewajiban pembangunan di wilayah 3T juga harus diprioritaskan dengan tetap mempertimbangkan keseimbangan bisnis agar perusahaan tetap sehat secara finansial.

“Kewajiban membangun daerah 3T lebih diutamakan tentu dengan pertimbangan keseimbangan bisnis juga untuk daerah gemuk, sehingga perusahaan tetap sehat dengan fixed wireless access broadband 1,4 GHz,” tambah Ian.

Peran Teknologi 1,4 GHz sebagai Pendamping

Meski memiliki potensi besar, Ian menegaskan bahwa teknologi frekuensi 1,4 GHz sebaiknya berfungsi sebagai pendamping teknologi yang sudah ada, bukan sebagai pengganti.

“Yang perlu diperhatikan teknologi ini sebagai pendamping teknologi yang sudah ada baik fixed broadband optik, seluler maupun Wi-Fi. Dengan tujuan percepatan penetrasi dan bandwidth lebar yang sangat baik untuk kecepatan tinggi,” pungkasnya.

Jangan ketinggalan informasi penting! Follow kami sekarang di Google News.

Penulis: Mamet Janzuke