Media Netizen — Asteroid Psyche yang mengorbit di antara Mars dan Jupiter kini menjadi sorotan dunia. Batuan antariksa raksasa ini diperkirakan mengandung logam mulia senilai sekitar USD 100.000 kuadriliun atau setara dengan Rp165.650 septiliun, berdasarkan nilai tukar USD ke rupiah saat ini.
Nilai fantastis tersebut membuat Psyche menjadi simbol kekayaan sumber daya luar angkasa yang belum tersentuh oleh aktivitas penambangan manusia. Pada Oktober 2023, NASA meluncurkan misi khusus untuk mempelajari asteroid ini, yang dianggap sebagai salah satu inti protoplanet yang pernah ada.
Apa Itu Asteroid Psyche?
Dengan diameter lebih dari 226 kilometer, Psyche berbeda dari asteroid berbatu biasa. Asteroid ini didominasi oleh logam seperti besi, nikel, serta logam langka seperti platinum dan paladium yang penting bagi industri elektronik dan otomotif.
Namun, tujuan misi NASA bukanlah menambang sumber daya di sana. Melainkan, para ilmuwan ingin memahami bagaimana proses pembentukan interior planet bekerja, karena Psyche diyakini merupakan inti dari sebuah planet yang pernah ada dan kini terekspos.
Tantangan Penambangan Luar Angkasa
Meski potensi sumber daya sangat besar, penambangan asteroid ini masih jauh dari kenyataan. Philip Metzger, fisikawan planet dari University of Central Florida, mengatakan bahwa perbedaan utama antara penambangan di Bumi dan asteroid adalah perlunya peralatan yang tahan gravitasi rendah dan kondisi radiasi tinggi.
Teknologi robotik dan peralatan untuk operasi luar angkasa sudah dikembangkan dan diuji dalam laboratorium. Namun, berdasarkan Technology Readiness Levels (TRL) NASA, alat penambangan asteroid baru mencapai level 3 hingga 5, sedangkan peluncuran misi penambangan memerlukan kesiapan di level 6 hingga 7.
“Teknologinya perlu ditingkatkan dan mendapatkan pendanaan lebih, sebelum kami siap meluncurkan misi penambangan asteroid,” ujar Metzger.
Upaya Perusahaan Swasta dan Kendala Ekonomi
Selain badan antariksa pemerintah, sejumlah perusahaan swasta seperti AstroForge dan TransAstra tengah mengembangkan teknologi ekstraksi material dari asteroid. Namun, mereka menghadapi berbagai tantangan finansial dan logistik.
Kevin Cannon dari Colorado School of Mines menilai bahwa mengangkut material tambang ke Bumi belum tentu ekonomis. Biaya tinggi dan fluktuasi nilai logam, terutama logam golongan platinum, membuat ide tersebut kurang menguntungkan.
Alternatif yang lebih realistis adalah memanfaatkan sumber daya asteroid langsung di luar angkasa, seperti mengubah air menjadi bahan bakar roket dan menggunakan logam untuk membangun satelit atau fasilitas tanpa perlu membawa bahan dari Bumi.
Asteroid vs Bulan: Pilihan Sumber Daya Luar Angkasa
Bulan memang lebih dekat dan memiliki beberapa material berguna, tetapi kandungan logamnya jauh lebih rendah dibanding asteroid Psyche. Oleh karena itu, meski penambangan di Bulan terlihat praktis, hasilnya tidak sebanding dengan potensi yang ditawarkan asteroid tertentu.
Selain itu, perjalanan menuju Psyche diperkirakan memakan waktu sekitar enam tahun, dengan tujuan mencapai asteroid tersebut pada tahun 2029. Misi NASA ini membangun dasar teknologi untuk eksplorasi dan penambangan asteroid di masa depan.
Fondasi Teknologi Penambangan Masa Depan
Proyek-proyek seperti OSIRIS-REx, Hayabusa2, dan Hera tidak fokus pada penambangan, tetapi mengembangkan kemampuan navigasi, pengambilan sampel, dan pengembalian material yang sangat penting bagi misi penambangan berikutnya.
Dengan kemajuan riset dan teknologi, masa depan eksplorasi sumber daya luar angkasa, terutama dari asteroid kaya logam seperti Psyche, masih terbentang luas meski penuh tantangan teknis dan ekonomi.