Media Netizen — Uni Eropa resmi meluncurkan inisiatif ambisius dengan membangun ‘tembok drone’ di sepanjang perbatasan timur benua. Langkah ini diambil menyusul meningkatnya pelanggaran wilayah udara yang dilakukan oleh Rusia, yang menjadi ancaman serius bagi keamanan kawasan.
Namun, meski proyek ini mendapat dukungan di beberapa negara, Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius, menyampaikan keraguannya terhadap efektivitas teknologi tersebut. Ia menilai konsep tembok drone tidak akan dapat terwujud dalam waktu dekat dan masih banyak prioritas lain yang harus diperhatikan.
Sistem Pertahanan Drone Berlapis Eirshield
Inisiatif tembok drone ini bertumpu pada sistem pertahanan berlapis-lapis bernama Eirshield, sebuah platform anti drone yang dikembangkan oleh DefSecIntel bersama perusahaan asal Latvia, Origin Robotics. Sistem ini memanfaatkan radar, kamera, dan detektor frekuensi radio untuk melacak pergerakan drone dan menilai tingkat ancamannya.
Berdasarkan data tersebut, sistem dapat memutuskan apakah drone musuh perlu diganggu sinyalnya, diblokir, atau bahkan diserang menggunakan drone lain. Agris Kipurs, pendiri sekaligus CEO Origin Robotics, mengatakan bahwa seluruh proses mulai dari deteksi hingga intersepsi dilakukan secara otomatis dengan bantuan kecerdasan buatan (AI).
Pro dan Kontra dari Para Menteri Pertahanan
Boris Pistorius menyatakan, “Saya sangat menghargai gagasan tembok drone, tetapi kita harus mengelola ekspektasi. Ini bukan konsep yang bisa diwujudkan dalam tiga atau empat tahun ke depan.” Ia menambahkan bahwa prioritas pengembangan kemampuan dan kapasitas pertahanan lainnya masih lebih mendesak.
Berbeda dengan sikap skeptis dari Menhan Jerman, Menteri Pertahanan Belanda, Ruben Brekelmans, menganggap teknologi anti drone dapat dikembangkan dan diimplementasikan dengan cepat. “Kita perlu bekerja sama dengan Ukraina dan bertindak lebih cepat karena serangan drone sudah terjadi,” ujarnya.
Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, juga menyoroti biaya operasional yang menjadi pertimbangan utama. Ia menegaskan, “Inisiatif tembok drone tepat waktu dan dibutuhkan. Kita tidak bisa terus mengeluarkan jutaan euro atau dolar untuk menembak jatuh drone yang harganya hanya beberapa ribu dolar. Tembok drone adalah solusi yang lebih efisien.”
Tekanan Serangan Drone Murah Harga
Serangan drone murah dari Rusia menjadi tantangan baru bagi pertahanan udara negara-negara di Eropa Timur. Penggunaan jet tempur atau sistem rudal yang mahal untuk menghadapi ancaman ini dinilai tidak efektif secara biaya. Oleh karena itu, solusi seperti tembok drone diharapkan dapat menjadi garis pertahanan yang lebih praktis dan ekonomis.
Namun, implementasi dan kesiapan teknologi tersebut masih menjadi perdebatan di kalangan pejabat pertahanan, terutama terkait waktu pengembangan dan efektivitasnya dalam kondisi pertempuran nyata.