Tekno & Sains

Menguak Jejak Hacker Bjorka yang Pernah Gegerkan Indonesia dengan Kebocoran Data Besar

— Jakarta – Sosok hacker yang dikenal dengan nama Bjorka kembali menjadi sorotan setelah polisi berhasil mengungkap pria berinisial WFT (22) di Kakas Barat, Minahasa, Sulawesi Utara, yang mengaku sebagai pelaku di balik serangkaian aksi peretasan data berskala besar di Indonesia. Klaim WFT yang mengaku telah meretas 4,9 juta data nasabah bank ini menimbulkan tanda tanya, apakah dia benar hacker Bjorka yang pernah menggemparkan tanah air dengan kebocoran data nasional?

WFT ternyata bukanlah seorang ahli di bidang teknologi informasi (IT). Wakil Direktur Siber Direktorat Siber Polda Metro Jaya, AKBP Fian Yunus, menyampaikan bahwa WFT hanya lulusan SMK yang belajar IT secara otodidak melalui media sosial, tanpa pekerjaan tetap.

Aktivitas WFT di Dunia Gelap Internet

Menurut AKBP Fian Yunus, sejak 2020 WFT diduga sudah aktif melakukan transaksi data ilegal di dark web dengan menggunakan username Bjorka. Pelaku sempat berganti nama menjadi SkyWave, Shint Hunter, dan Oposite6890 untuk menyamarkan identitasnya.

WFT mengklaim memperoleh data dari berbagai institusi luar negeri dan dalam negeri, termasuk perusahaan kesehatan dan swasta, yang kemudian diperjualbelikan dengan mata uang kripto. Meski nilai transaksi belum terungkap secara pasti, WFT menyebutkan pendapatan mencapai puluhan juta rupiah setiap kali menjual data tersebut lewat forum gelap.

Reaksi Warganet dan Dugaan Adanya Bjorka Asli

Penangkapan WFT memicu perbincangan hangat di media sosial. Akun Instagram @Bjorkanism mengunggah pesan provokatif yang menyatakan bahwa Bjorka asli masih bebas, menimbulkan spekulasi bahwa ada hacker lain yang memakai nama serupa. Tagar #Bjorka sempat menjadi trending di platform X dengan berbagai opini mengenai keaslian pelaku yang ditangkap.

Sejarah Kebocoran Data oleh Bjorka

Nama Bjorka mulai dikenal publik sejak 2022 dan 2023 lewat sejumlah aksi pembobolan data yang menghebohkan. Setelah sempat menghilang, Bjorka kembali muncul pada September 2024 dengan membocorkan NPWP Presiden Jokowi dan sejumlah menteri. Berikut beberapa kebocoran data yang diklaim dilakukan Bjorka:

  1. Kebocoran Data Pelanggan IndiHome: Bjorka mengaku memiliki 26 juta data riwayat browsing pelanggan IndiHome, termasuk keyword pencarian, email, nama, jenis kelamin, dan NIK. Namun, Telkom Group menegaskan data tersebut tidak valid dan merupakan hasil fabrikasi.
  2. Kebocoran Data Registrasi SIM Card Prabayar: Bjorka mengklaim mengantongi 1,3 miliar data registrasi SIM Card prabayar berukuran 87GB, meliputi NIK, nomor telepon, operator seluler, dan tanggal registrasi.
  3. Kebocoran Data KPU: Bjorka mengklaim memiliki 105 juta data penduduk Indonesia yang diduga milik KPU, berukuran 20GB, berisi NIK, KK, nama lengkap, dan informasi pribadi lainnya. Data ini dijual dengan harga USD 5 ribu atau sekitar Rp 7,4 juta.
  4. Kebocoran Dokumen Rahasia Presiden RI: Setelah menuding Kominfo, Bjorka mengaku berhasil meretas dokumen rahasia Presiden periode 2019-2021 sebanyak 679.180 file berukuran 189 MB. Namun, BIN membantah kabar tersebut dan menyebutnya hoaks.
  5. Kebocoran Data Pribadi Pejabat: Data pribadi sejumlah pejabat seperti Menkominfo Johnny G Plate, Mendagri Tito Karnavian, serta tokoh lain bocor, termasuk nomor telepon, alamat rumah, dan data keluarga. BSSN menyatakan data Hinsa Siburian yang bocor sudah kadaluwarsa dan dapat diperoleh dari sumber terbuka.
  6. Kebocoran 34 Juta Data Paspor Warga RI: Kebocoran data paspor Indonesia yang diduga dilakukan Bjorka viral di media sosial. Data ini dijual di blogbjork.ai dengan harga sekitar USD 10 ribu atau Rp 150 juta.
  7. Data BPJS Ketenagakerjaan: Bjorka kembali beraksi dengan mencuri 19 juta data anggota BPJS Ketenagakerjaan berukuran 5 GB, berisi NIK, nama, email, nomor ponsel, alamat, pekerjaan, dan lainnya. Data dijual dengan harga USD 10 ribu dalam bentuk Bitcoin.
  8. Jutaan Data NPWP Termasuk Presiden dan Menteri: Pada akhir 2024, jutaan data NPWP yang mencakup NIK, alamat, nomor HP, dan e-mail diperjualbelikan di forum ilegal dengan harga sekitar Rp 150 juta. Data tersebut termasuk milik Presiden Jokowi dan para menteri.

Jangan ketinggalan informasi penting! Follow kami sekarang di Google News.

Penulis: Mamet Janzuke