Media Netizen — Insiden ambruknya Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, menyisakan kisah pilu sekaligus perjuangan hidup. Salah satu korban selamat, Nur Ahmad, mengalami cedera serius yang mengharuskannya menjalani amputasi lengan kiri tepat di bawah reruntuhan bangunan.
Direktur Utama RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo, dr. Atok Irawan, menjelaskan kondisi kritis itu membuat pihak medis harus mengambil langkah cepat dan berani. Posisi Nur Ahmad saat dievakuasi tertelungkup dengan lengan kiri terjepit oleh puing-puing, sehingga amputasi menjadi pilihan satu-satunya demi menyelamatkan nyawanya.
Proses Amputasi Dilakukan di Lokasi Kejadian
“Karena situasinya sangat sempit dan berisiko bagi tenaga medis, kami harus melakukan amputasi di lokasi,” kata dr. Atok, Jumat (3/10/2025), seperti dikutip dari detikJatim. Prosedur ini dilakukan dengan kondisi korban dalam keadaan dibius agar tidak mengalami rasa sakit berlebih selama tindakan berlangsung.
Setelah amputasi, luka Nur Ahmad dibiarkan terbuka sementara untuk memudahkan evakuasi. Tim medis kemudian melakukan pembersihan dan menjahit ulang luka tersebut hingga pukul 01.30 WIB dini hari.
Evakuasi dan Penanganan Lanjutan
Tindakan medis darurat ini bertujuan agar Nur Ahmad dapat segera dievakuasi dari reruntuhan dan mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Setelah amputasi selesai, korban langsung dibawa ke RSUD R.T. Notopuro untuk penanganan lebih lanjut.
Peristiwa yang mengguncang Sidoarjo ini juga menyimpan kisah-kisah lain dari korban selamat yang berhasil bertahan selama berhari-hari di bawah puing ponpes. Namun, tindakan cepat dan tepat seperti yang dilakukan tim medis pada Nur Ahmad menjadi kunci utama penyelamatan nyawa dalam kondisi darurat.






