Media Netizen — Ketegangan antara Kolombia dan Israel memuncak setelah militer Israel mencegat armada kapal bantuan kemanusiaan yang hendak menembus blokade di Gaza. Presiden Kolombia, Gustavo Petro, langsung merespons insiden ini dengan memerintahkan pengusiran seluruh diplomat Israel yang masih berada di negaranya.
Insiden tersebut terjadi pada Rabu (1/10) ketika pasukan Angkatan Laut Israel menghentikan sekitar 45 kapal yang tergabung dalam misi Global Sumud Flotilla. Kapal-kapal ini membawa politisi dan aktivis dari berbagai negara, termasuk aktivis lingkungan terkenal asal Swedia, Greta Thunberg.
Pengusiran Diplomatik sebagai Bentuk Protes
Melalui pernyataan di media sosial X, Presiden Petro menyebut tindakan Israel sebagai “kejahatan internasional baru” yang dilakukan oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Ia menegaskan pengusiran seluruh delegasi diplomatik Israel sebagai bentuk protes keras atas pencegatan tersebut.
Petro juga mengungkapkan bahwa dua aktivis perempuan asal Kolombia yang tergabung dalam misi tersebut, Manuela Bedoya dan Luna Barreto, ditahan oleh pasukan Israel saat melakukan aksi solidaritas kemanusiaan di perairan internasional. Kantor kepresidenan Kolombia mendesak pembebasan segera kedua warga negaranya.
Situasi Kapal dan Penahanan Aktivis
Global Sumud Flotilla melaporkan bahwa kapal-kapal mereka berada kurang dari 90 mil laut atau sekitar 170 kilometer dari Jalur Gaza saat dicegat. Rina Hassan, anggota Parlemen Eropa keturunan Prancis-Palestina yang ikut dalam rombongan, menyatakan bahwa ratusan orang ditangkap secara ilegal dan ditahan sewenang-wenang oleh Israel, termasuk Greta Thunberg.
Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan bahwa semua penumpang kapal dalam kondisi aman dan kini sedang dipindahkan ke pelabuhan Israel.
Hubungan Bilateral Memanas
Presiden Petro dikenal sebagai pengkritik keras Netanyahu dan telah memutuskan hubungan diplomatik antara Kolombia dan Israel sejak tahun lalu. Meski demikian, sejumlah diplomat Israel masih bertugas di Bogota hingga saat ini. Selain itu, Petro juga mengakhiri perjanjian perdagangan bebas dengan Israel yang berlaku sejak 2020.
Petro bahkan menuduh Netanyahu sebagai “pelaku genosida” dan mengecam Presiden AS Donald Trump sebagai “kaki tangan genosida”. Pekan lalu, Petro turut berpartisipasi dalam aksi protes pro-Palestina di New York saat Sidang Umum PBB, yang berujung pada pencabutan visa oleh pemerintah AS.