Media Netizen — Jawa Tengah mencatat prestasi gemilang dalam pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengungkapkan bahwa provinsi ini menjadi yang terdepan secara nasional dalam mengoperasikan Satuan Pelayanan Pangan Gratis (SPPG). Dari lebih 10.000 SPPG yang tersebar di 38 provinsi, Jawa Tengah telah menjalankan 1.596 SPPG, mencapai sekitar 50 persen dari target nasional.
Keberhasilan Jawa Tengah tidak hanya terlihat dari jumlah SPPG yang beroperasi, tetapi juga pada aspek manajemen dan pengawasan pangan yang ketat. Dadan menilai bahwa program MBG memberikan dampak ganda, tidak hanya pada peningkatan gizi anak-anak tetapi juga pada pertumbuhan ekonomi daerah.
Dampak Positif MBG terhadap Ekonomi Lokal
Dadan Hindayana menjelaskan, “Efeknya luar biasa, industri pangan lokal ikut tumbuh dari pemasok sayur, beras, sampai produsen susu dan food tray.” Hal ini menunjukkan bahwa MBG menjadi motor penggerak bagi sektor usaha mikro dan kecil di bidang pangan.
Keberhasilan tersebut berkat sinergi dan komitmen kuat dari pemerintah daerah, khususnya Gubernur Jawa Tengah. Dadan menyebut Jawa Tengah sebagai pionir dalam koordinasi pelaksanaan MBG yang bisa menjadi contoh bagi provinsi lain.
Tekad Jawa Tengah Menjadi Percontohan Nasional
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, mengutarakan bahwa rapat koordinasi yang digelar bertujuan untuk memastikan pengawasan pangan semakin ketat dan pelaksanaan MBG berjalan konsisten di semua kabupaten dan kota. Ia menekankan pentingnya keamanan, kebersihan, dan keberlanjutan program tersebut.
“Harapan saya, kejadian-kejadian kemarin tidak terulang lagi. Program ini harus aman, higienis, dan berkelanjutan. Semua kepala daerah punya tanggung jawab moral untuk memastikan anak-anak kita mendapat makanan sehat setiap hari,” tegas Ahmad Luthfi.
Lebih jauh, ia menegaskan kesiapan Jawa Tengah untuk menjadi percontohan nasional dalam sistem pengawasan dan pengelolaan dapur MBG. “Hari ini kita sepakat Jawa Tengah jadi percontohan. MBG kita harus aman, higienis, dan berkelanjutan. Tidak boleh berhenti,” ujarnya.






