Media Netizen — Jakarta – Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenbud) tengah mengintensifkan upaya pengembalian ribuan fosil koleksi Eugene Dubois yang saat ini berada di Belanda. Fosil-fosil tersebut merupakan bagian penting dari sejarah penemuan manusia purba di Indonesia, khususnya fosil Pithecanthropus erectus atau yang lebih dikenal sebagai ‘Java Man’.
Pengembalian koleksi ini bukan sekadar pemindahan benda bersejarah, melainkan langkah strategis untuk memperkuat riset dan edukasi mengenai sejarah evolusi manusia di Nusantara. Kemenbud menggelar taklimat media di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, guna mengumumkan perkembangan terbaru terkait proses repatriasi fosil tersebut.
Fosil Eugene Dubois: Warisan Budaya dan Ilmiah yang Bernilai Tinggi
Fosil yang ditemukan oleh Eugene Dubois pada era kolonial Belanda ini kini dikategorikan sebagai Homo erectus. Koleksi ini mempunyai nilai sejarah dan ilmiah yang sangat penting bagi Indonesia maupun dunia. Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menegaskan bahwa pengembalian fosil ini menjadi tonggak penting dalam upaya mengembalikan warisan budaya bangsa ke tanah air sekaligus mengukuhkan posisi Indonesia sebagai pusat peradaban dunia.
“Kepulangan ribuan fosil ini bukan sekadar perpindahan benda mati dari satu museum ke museum lain. Ini adalah pemulihan memori kolektif bangsa, rekonsiliasi sejarah, sekaligus memperjuangkan narasi evolusi manusia yang menempatkan Indonesia sebagai pusat peradaban dunia,” ujar Fadli Zon, Jumat (3/10/2025).
Komitmen Indonesia dalam Preservasi dan Kolaborasi Internasional
Fadli Zon menambahkan bahwa pemerintah berkomitmen untuk melakukan preservasi, konservasi, dan menjamin keamanan koleksi fosil tersebut. Selain itu, fosil ini akan membuka ruang bagi penelitian kolaboratif internasional.
“Fosil ini akan menjadi katalis bagi perkembangan paleoantropologi dunia sekaligus menjadi materi edukasi publik agar setiap anak Indonesia mengetahui bahwa tanah airnya adalah rumah paling awal peradaban dunia,” tutur Menbud.
Langkah repatriasi ini juga mendapat arahan langsung dari Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, yang mendukung penuh pemulangan benda bersejarah dan artefak budaya ke Indonesia.
“Kepulangan ini adalah bagian dari hak budaya kita (cultural rights) yang harus diperjuangkan dan dijaga. Ini merupakan contoh konkret keberhasilan diplomasi budaya Indonesia,” tegas Fadli Zon.
Diplomasi Budaya dan Perjalanan Panjang Repatriasi
Ismunandar, Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga sekaligus Ketua Tim Repatriasi Indonesia, menjelaskan bahwa proses pengembalian fosil ini merupakan hasil diplomasi budaya yang panjang dan kerja sama erat antara Pemerintah Indonesia dan Belanda.
Sejak tahun 1951, sejumlah tokoh Indonesia seperti Muhammad Yamin dan Prof. Ida Bagus Mantra pernah mengajukan permintaan pengembalian fosil ini. Permintaan resmi terakhir dari Pemerintah Indonesia dilakukan pada 2022 dan menunjukkan perkembangan signifikan setelah Belanda mengakui ketidakadilan masa kolonial.
“Perjalanan panjang ini membuktikan konsistensi bangsa kita dalam memperjuangkan hak-hak budaya. Kepulangan ini juga membuktikan bahwa diplomasi budaya dapat menghasilkan keadilan sejarah,” ujar Ismunandar.
Setelah pembentukan tim ahli independen oleh Pemerintah Belanda, hasil kajian yang dirilis pada 6 September 2025 menyimpulkan bahwa Belanda tidak memiliki hak hukum atas fosil tersebut. Keputusan ini resmi diumumkan Menteri Kebudayaan Belanda pada 26 September 2025.
Pentingnya Pemanfaatan Fosil sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan
Sofwan Noerwidi, Kepala Pusat Riset Arkeometri BRIN sekaligus anggota Tim Repatriasi dan peneliti senior paleoantropologi, menekankan bahwa koleksi ini harus dimanfaatkan secara aktif dalam riset dan pendidikan.
Ia merinci kronologi penemuan fosil yang menjadi tonggak penting paleoantropologi, dimulai dari gigi geraham yang ditemukan pada September 1891, diikuti tengkorak pada Oktober 1891, dan tulang paha pada tahun berikutnya.
“Koleksi luar biasa ini tidak boleh dibiarkan menjadi benda diam. Ia harus hidup dalam riset, studi, dan pendidikan generasi muda,” tegas Sofwan.
Lebih jauh, Sofwan mengajak seluruh pihak untuk memanfaatkan koleksi tersebut sebagai bahan studi lintas disiplin demi kemajuan ilmu pengetahuan di Indonesia.
Program Nasional dan Dukungan Para Pejabat
Kemenbud juga menyiapkan program nasional untuk mengembangkan talenta muda dalam bidang paleoantropologi, konservasi, museologi, dan kajian budaya. Fosil-fosil Dubois akan menjadi sumber pembelajaran yang sangat berharga dalam program ini.
Taklimat media tersebut dihadiri langsung oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Staf Ahli Menteri Ismunandar, Sofwan Noerwidi, serta sejumlah pejabat dan tokoh penting lainnya, seperti Sekjen Kemenbud Bambang Wibawarta dan Direktur Jenderal Diplomasi Endah T.D. Retnoastuti.
Kegiatan ini sekaligus menegaskan pentingnya repatriasi benda budaya sebagai bagian dari pelestarian identitas bangsa dan kerja sama internasional di bidang kebudayaan.






