Berita

Israel Beri Peringatan Terakhir, Warga Sipil Diminta Tinggalkan Kota Gaza

— Ketegangan di Kota Gaza semakin memuncak setelah Israel mengeluarkan peringatan terakhir kepada warga sipil Palestina agar segera meninggalkan kota terbesar di Jalur Gaza tersebut. Langkah ini diambil seiring dengan semakin ketatnya pengepungan militer Israel yang terus berlangsung di wilayah tersebut.

Para saksi mata melaporkan serangan bom besar-besaran yang menghantam Kota Gaza, sementara Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa pasukan Tel Aviv memperketat blokade untuk memisahkan wilayah utara dan selatan Jalur Gaza.

Peringatan Keras dari Menteri Pertahanan Israel

Dalam pernyataannya melalui media sosial X, Katz menyatakan, “Ini merupakan kesempatan terakhir bagi warga Gaza yang ingin pindah ke wilayah selatan dan membiarkan para anggota Hamas terisolasi di Kota Gaza.” Ia juga mengingatkan bahwa warga yang memilih tetap tinggal akan dianggap sebagai teroris dan pendukung teroris.

Katz mengungkapkan militer Israel telah menguasai Koridor Netzarim, jalur penghubung antara pusat Jalur Gaza dengan pesisir barat, yang secara efektif memisahkan wilayah utara dari selatan. Warga yang hendak pindah ke wilayah selatan harus melewati pos pemeriksaan ketat militer Israel.

Penutupan Jalur Evakuasi Terakhir

Peringatan ini muncul beberapa jam setelah militer Israel mengumumkan penutupan rute terakhir yang memungkinkan perpindahan orang dari wilayah selatan ke utara Jalur Gaza. Kondisi Kota Gaza semakin mencekam dengan ledakan yang terus mengguncang kawasan tersebut.

Suara Warga Gaza yang Tetap Bertahan

Rabah al-Halabi, warga berusia 60 tahun yang mengungsi di tenda di halaman Rumah Sakit Al-Shifa, menyatakan keteguhan hatinya untuk tidak meninggalkan Kota Gaza. Ia menggambarkan kondisi di sana tidak jauh berbeda dengan wilayah selatan yang juga berbahaya dan penuh pengeboman.

“Semua area berbahaya, pengeboman terjadi di mana-mana, dan pengungsian itu mengerikan dan memalukan. Kami menunggu kematian, atau mungkin pertolongan dari Tuhan, dan gencatan senjata yang akan datang,” tutur Al-Halabi kepada AFP melalui telepon.

Sementara itu, Fadel al-Jadba, 26 tahun, juga menyatakan keinginannya untuk tetap tinggal. Ia berharap ada gencatan senjata karena rasa frustrasi dan kelelahan akibat situasi yang tak kunjung membaik.

Respons Hamas dan Rencana Perdamaian AS-Israel

Kelompok Hamas mengecam peringatan Menteri Pertahanan Israel sebagai “awal dari meningkatnya kejahatan perang yang dilakukan oleh tentaranya.” Saat ini, Hamas tengah membahas rencana perdamaian yang diusulkan Presiden AS Donald Trump dan didukung Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Rencana tersebut mencakup beberapa poin penting, antara lain:

  • Seruan gencatan senjata
  • Pembebasan sandera oleh Hamas dalam 72 jam setelah gencatan senjata
  • Perlucutan senjata Hamas
  • Pembebasan tahanan Palestina oleh Israel
  • Penarikan bertahap pasukan Israel dari Jalur Gaza

Namun, sumber Palestina dekat Hamas menyampaikan bahwa “belum ada keputusan akhir” dan kemungkinan proses diskusi akan berlangsung selama dua hingga tiga hari ke depan.

Jangan ketinggalan informasi penting! Follow kami sekarang di Google News.

Penulis: Sony Watson