Media Netizen — Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid (HNW), memberikan apresiasi atas sikap Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Sugiono, yang bersama para Menlu negara Arab-Islam menyatakan dukungan terhadap langkah HAMAS dalam menghentikan genosida dan menyelamatkan warga Gaza. Pernyataan bersama ini menjadi sinyal kuat dukungan diplomatik dari Indonesia dan negara-negara Arab-Islam terhadap upaya perdamaian di Palestina.
HAMAS telah melakukan musyawarah dengan kelompok perlawanan Palestina serta mediator dari Mesir, Turki, dan Qatar. Hasilnya, HAMAS menyatakan kesediaan menerima proposal Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang bertujuan menghadirkan perdamaian, menghentikan perang, membebaskan sandera, serta menyelamatkan warga Gaza dari genosida. Proposal tersebut juga mengusulkan pembentukan negara Palestina merdeka yang telah diakui oleh lebih dari 156 negara anggota PBB, dengan kepemimpinan teknokrat independen asal Palestina.
Pernyataan Bersama Menlu Negara Arab-Islam
Pernyataan sikap bersama yang disampaikan pada Minggu (5/10) di Doha, Qatar, melibatkan Menlu dari Qatar, Yordania, Uni Emirat Arab, Pakistan, Turki, Arab Saudi, Mesir, dan Indonesia. Mereka menyoroti konsistensi HAMAS dalam mempertahankan eksistensi warga Gaza dan negara Palestina merdeka, namun tetap terbuka untuk berdiskusi lebih lanjut mengenai proposal penghentian perang yang diinisiasi Presiden Trump.
Para Menlu juga menyambut positif seruan Presiden Trump agar Israel segera menghentikan serangan ke Gaza, sebagai langkah awal menciptakan perdamaian di kawasan.
Konsistensi Sikap Indonesia
HNW menegaskan bahwa sikap Menlu Sugiono konsisten dengan pernyataan yang disampaikan sebelumnya di New York pada KTT dan Sidang Umum PBB 23 September 2025. Indonesia menegaskan bahwa Gaza merupakan milik bangsa Palestina dan masa depan wilayah itu harus ditentukan oleh warga Palestina sendiri, bukan oleh pihak luar.
HNW mengingatkan bahwa hal ini sejalan dengan amanat UUD 1945 yang menolak segala bentuk penjajahan, termasuk pemerintahan transisi yang dipimpin oleh tokoh asing seperti Tony Blair yang ditunjuk oleh Trump sebagai pimpinan teknokrat independen pascagencatan senjata di Gaza. Blair dikenal memiliki rekam jejak yang kontroversial dan dinilai tidak independen.
Dukungan Terhadap Upaya Perdamaian dan Penghentian Serangan
Pernyataan bersama ini menunjukkan komitmen negara-negara Arab-Islam, termasuk Indonesia, untuk mendukung segala upaya menghentikan penyerangan dan genosida di Gaza. Sikap ini juga sejalan dengan dukungan Sekjen PBB dan beberapa negara Eropa seperti Prancis dan Italia yang menyambut baik proposal Trump.
HAMAS, meski konsisten dengan prinsip perlawanan untuk kemerdekaan Palestina dan keselamatan warga Gaza, kini siap membahas detail proposal penghentian perang dan perdamaian tersebut.
Israel Abaikan Seruan Internasional
Sayangnya, Israel menunjukkan sikap yang berlawanan dengan keinginan masyarakat dunia. Israel belum menghentikan serangan ke Gaza meski mendapat seruan dari Presiden Trump untuk menghentikan aksi militer. TV Al Jazeera melaporkan setidaknya 77 warga sipil Gaza tewas akibat serangan Israel pasca-seruan Trump.
Serangan Israel juga terus menimpa kamp pengungsian Al Mawashi di Gaza Selatan. Di waktu bersamaan, tentara Israel menculik dan memenjarakan ratusan aktivis kemanusiaan dari Global Shumud Flotilla, yang memicu protes global.
HNW Desak Tekanan Lebih Keras dari Presiden Trump
HNW menilai tindakan Israel seharusnya membuka mata dunia bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menolak penghentian perang dan solusi dua negara yang diakui oleh mayoritas negara anggota PBB. Sementara itu, HAMAS justru menunjukkan sikap positif untuk menghentikan peperangan dan melakukan pertukaran tahanan demi menyelamatkan warga sipil Gaza dari genosida.
“Masyarakat dunia kini tercerahkan untuk mengetahui siapa yang sebenarnya pantas disebut sebagai teroris,” kata HNW.
HNW berharap Presiden Trump bersama negara-negara Arab-Islam dapat menekan Netanyahu agar menghentikan serangan dan genosida di Gaza. Jika serangan Israel terus berlanjut, itu berarti instruksi Trump diabaikan, yang dapat menggagalkan proposal perdamaian yang diusulkan.
Lebih jauh, keberhasilan proposal tersebut akan menjadi warisan penting bagi Trump dalam menghadirkan perdamaian dan keamanan di Timur Tengah, sesuai janji kampanyenya saat mencalonkan diri sebagai Presiden.






