Berita

Harga Emas dan Bitcoin Terus Meroket, Apa Faktor Utamanya?

— Dalam beberapa pekan terakhir, pasar investasi bergejolak dengan kenaikan signifikan pada harga emas dan bitcoin. Keduanya berhasil mencatat rekor tertinggi yang memukau, menarik perhatian para investor di seluruh dunia, khususnya di Indonesia yang mulai melirik kedua aset ini sebagai pilihan investasi.

Emas mencetak rekor menembus harga $3.900 per ons troy, setara dengan sekitar Rp65 juta, sementara bitcoin mencapai puncak baru di angka $125.000 atau sekitar Rp2 miliar, sebelum akhirnya mengalami koreksi tipis. Tren positif ini menandai tahun 2025 sebagai periode yang sangat menguntungkan bagi kedua komoditas tersebut.

Emas: Aset Aman di Tengah Ketidakpastian Global

Emas kembali menunjukkan kredibilitasnya sebagai safe-haven saat investor mencari perlindungan di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik. Sejak awal tahun, harga emas telah naik lebih dari 50%, reli terbesar sejak era 1970-an.

Kenaikan ini dipicu oleh beberapa faktor yang saling berkaitan. Pertama, kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Amerika Serikat sejak April 2025 menciptakan kekhawatiran terhadap ekonomi global dan masa depan dolar AS sebagai mata uang cadangan utama dunia.

Ketegangan geopolitik akibat konflik Rusia-Ukraina dan perang di Gaza juga menambah tekanan terhadap pasar keuangan. Ditambah lagi, penutupan operasional pemerintahan AS yang berkepanjangan memperkuat persepsi risiko pasar.

Selain itu, pelemahan yen Jepang sebagai aset safe-haven membuat investor beralih pada emas. Kemenangan Sanae Takaichi sebagai pemimpin partai berkuasa LDP membuka peluang dia menjadi perdana menteri perempuan pertama Jepang, yang kemudian memicu penguatan pasar saham Jepang dan pelemahan yen.

“Pelemahan yen membuat investor kehilangan satu lagi aset aman, sehingga emas mendapatkan manfaat dari situasi ini,” ujar Tim Waterer, Kepala Analis Pasar di KCM Trade, kepada Reuters.

Permintaan ETF dan Bank Sentral Dorong Lonjakan Emas

Selain faktor makroekonomi dan geopolitik, kenaikan harga emas juga didukung oleh lonjakan minat terhadap dana yang diperdagangkan di bursa berbasis emas (gold-backed exchange traded funds/ETF). Investor dari berbagai latar belakang semakin antusias menambah eksposur mereka ke emas.

Analis Deutsche Bank mencatat adanya dua kekuatan utama yang mendorong harga emas: bank sentral dan investor ETF. Bank sentral di berbagai negara terus memborong emas sebagai bagian dari strategi lindung nilai, sementara permintaan ETF kembali meningkat secara signifikan.

Data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) menunjukkan dana lindung nilai kini memegang kepemilikan emas senilai $73 miliar (sekitar Rp1.215 triliun), rekor tertinggi sepanjang masa.

Bitcoin: Mendaki Bersama Ketidakpastian dan Dukungan Trump

Bitcoin juga mengalami kenaikan luar biasa, sebagian besar didorong oleh terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden AS. Dukungan terbuka Trump terhadap mata uang kripto meningkatkan kepercayaan dan permintaan di sektor ini.

Meningkatnya minat dari investor institusional turut memperkuat posisi bitcoin sebagai alternatif investasi selain dolar AS. Prakiraan pemotongan suku bunga mendorong investor mengambil risiko lebih tinggi pada aset digital ini.

Ketidakpastian ekonomi AS, khususnya akibat penutupan operasional pemerintahan yang berlarut-larut, semakin memperkuat permintaan bitcoin sebagai lindung nilai.

“Penutupan pemerintahan AS menjadi faktor penting tahun ini,” kata Geoffrey Kendrick, Kepala Riset Aset Digital di Standard Chartered Bank, dalam catatan kepada investor.

Secara historis, bulan Oktober merupakan periode yang kuat bagi bitcoin. Sejak 2013, harga bitcoin hanya turun dua kali pada bulan ini, menambah optimisme pelaku pasar.

Prediksi Harga dan Prospek Kedepan

Banyak pengamat memperkirakan tren kenaikan harga emas dan bitcoin akan berlanjut. Geoffrey Kendrick memperkirakan bitcoin bisa menyentuh angka $135.000 (sekitar Rp2,25 miliar) selama penutupan pemerintahan AS terus berlangsung.

Sementara itu, HSBC menyatakan reli emas berpotensi berlanjut hingga 2026 berkat pembelian dari sektor resmi dan permintaan institusional yang kuat sebagai diversifikasi portofolio.

Dewan Emas Dunia (World Gold Council) juga mengungkapkan survei tahunan manajer cadangan menunjukkan 95% percaya cadangan emas bank sentral global akan bertambah dalam 12 bulan ke depan.

Dengan dukungan dari bank sentral dan meningkatnya permintaan ETF, harga emas diperkirakan akan segera menembus angka $4.000 per ons troy atau sekitar Rp66,6 juta.

Jangan ketinggalan informasi penting! Follow kami sekarang di Google News.

Penulis: Sony Watson