Media Netizen — Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, meluncurkan program inovatif bernama Speling Melesat dan TB Express yang bertujuan mendekatkan layanan kesehatan spesialis ke masyarakat desa. Program ini memberikan layanan kesehatan gratis untuk ibu hamil, kanker serviks, tuberkulosis (TBC), kesehatan jiwa, hingga penanganan stunting.
Sejak dilaksanakan di 560 desa di Jawa Tengah, program Speling menghadirkan dokter spesialis secara berkala, mulai dari dokter spesialis obstetri dan ginekologi (obsgyn) untuk pemeriksaan ibu hamil dan kanker serviks, dokter spesialis penyakit dalam atau paru untuk penanganan TBC, dokter spesialis kesehatan jiwa, hingga dokter spesialis anak yang fokus pada penanganan stunting.
“Dokter spesialis kita turunkan ke desa-desa, lalu melakukan pengecekan kesehatan secara gratis dan paripurna,” ujar Gubernur Luthfi dalam keterangan resmi pada Jumat (3/10/2025).
Integrasi Program dengan Pemerintah Pusat dan Mitra
Program prioritas Provinsi Jawa Tengah ini tidak berjalan sendiri. Luthfi menjelaskan bahwa Speling Melesat juga terintegrasi dengan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) dari pemerintah pusat dan berbagai pihak terkait lainnya. Peluncuran program melibatkan Dinas Kesehatan Provinsi, pemerintah kabupaten/kota, rumah sakit provinsi dan kabupaten/kota, serta mitra swasta.
“Hari ini kita melakukan peluncuran Speling Melesat dan TB Express yang melibatkan banyak pihak agar pelayanan makin optimal,” tambah Luthfi.
Fokus Penurunan Kasus Tuberkulosis dengan Teknologi X-Ray Portable
Program ini juga memberikan perhatian khusus pada penanggulangan tuberkulosis. Dengan menggunakan teknologi X-Ray Portable Rapid Early Screening System, program Speling berhasil melakukan skrining penyakit TBC secara cepat dan akurat.
“Begitu ditemukan kasus melalui alat X-Ray portable, pasien segera diobati, dipantau secara berkala, dan dievaluasi sampai tuntas,” jelas Luthfi. Ia menargetkan penurunan kasus tuberkulosis hingga 50% di wilayah Jawa Tengah.
Berdasarkan data program Speling Melesat, sebanyak 9.140 orang teridentifikasi memiliki gejala tuberkulosis. Dari jumlah tersebut, 1.847 orang telah menjalani rontgen thorax dengan 626 hasil yang menunjukkan indikasi TBC. Selanjutnya, 525 orang dilakukan Tes Cepat Molekuler (TCM) untuk konfirmasi lebih lanjut.
Target Nol Kasus TBC pada 2030
Menanggapi upaya ini, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Kunta Wibawa Dasa Nugraha, menekankan pentingnya target nol kasus tuberkulosis pada tahun 2030. Ia menyatakan bahwa program CKG dan Speling Melesat membantu mengidentifikasi pasien TBC secara tepat dengan metode by name by address, sehingga penanganan dan pencegahan penyebaran bisa dilakukan secara efektif.
“Jika hasil pemeriksaan positif, kita tindaklanjuti dengan pengobatan dan juga melakukan pemeriksaan pada orang-orang di sekitar pasien untuk mencegah penyebaran lebih luas,” ungkapnya.






