Media Netizen — Aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, baru saja tiba di Yunani setelah dideportasi oleh pemerintah Israel. Ia bersama 160 aktivis lainnya dari armada Global Sumud Flotilla yang juga ikut dideportasi, mendarat di Athena pada Senin (6/10) waktu setempat.
Kementerian Luar Negeri Yunani mengonfirmasi kedatangan 161 aktivis tersebut, yang terdiri dari 27 warga negara Yunani dan 134 dari 15 negara lainnya. Mereka sebelumnya ditahan oleh pasukan Israel saat melakukan aksi di wilayah Gaza.
Thunberg Tuding Genosida di Gaza
Sesampainya di Yunani, Greta Thunberg menyatakan prihatin atas kondisi yang terjadi di Gaza. Ia menilai militer Israel tengah melakukan genosida terhadap penduduk setempat. Pernyataan itu disampaikannya di hadapan kerumunan di bandara Athena.
“Saya ingin menegaskan. Ada genosida yang sedang terjadi,” ujar Thunberg, mengacu pada operasi militer Israel di Gaza. Ia menambahkan bahwa sistem internasional telah mengkhianati Palestina dan tidak mampu mencegah kejahatan perang tersebut.
“Sistem internasional kita mengkhianati Palestina. Mereka bahkan tidak mampu mencegah terjadinya kejahatan perang terburuk,” lanjutnya, sebagaimana dikutip dari AFP.
Alasan Aksi Global Sumud Flotilla
Greta menjelaskan bahwa misi mereka ke Gaza dilatarbelakangi oleh kegagalan pemerintah dalam memenuhi kewajiban hukum internasional. “Tujuan kami dengan Global Sumud Flotilla adalah untuk bertindak ketika pemerintah kami gagal memenuhi kewajiban hukum mereka,” jelasnya.
Penganiayaan Saat Penahanan
Selama penahanan, Thunberg diduga mengalami perlakuan kasar dari pasukan Israel. Jurnalis Turki dan peserta Sumud Flotilla, Ersin Celik, melaporkan kepada media lokal bahwa Thunberg diseret ke tanah dan dipaksa mencium bendera Israel.
Aktivis Lainnya Dideportasi ke Berbagai Negara
Selain Yunani, Kementerian Luar Negeri Slovakia juga mengonfirmasi kedatangan 10 aktivis yang dideportasi. Mereka terdiri dari satu warga Slovakia dan sembilan lainnya berasal dari Belanda, Kanada, serta Amerika Serikat.






