Media Netizen — Sejumlah kapal dari Global Sumud Flotilla (GSF) berlayar membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza, meski akses laut ditutup oleh Israel. Armada ini terdiri dari sekitar 50 kapal dengan ratusan aktivis dari berbagai negara, termasuk aktivis iklim Swedia, Greta Thunberg.
Namun, Angkatan Laut Israel mencegat beberapa kapal tersebut dan menahan para aktivis di atasnya. Mereka kemudian dipindahkan ke pelabuhan Israel untuk proses deportasi. Pihak aktivis menegaskan bahwa penangkapan terjadi saat kapal masih berada di perairan internasional.
Penangkapan Kapal dan Tuduhan Serangan Kimia
GSF melaporkan bahwa beberapa kapal masih dalam pengepungan hingga Kamis pagi. Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan telah mencegat semua kapal kecuali satu yang masih berada di kejauhan dan akan dicegat bila mendekat.
Pekan lalu, aktivis di armada ini mengaku mengalami dugaan serangan kimia. Youssef Samour, salah satu aktivis di kapal Yulara, mengatakan ia terkena iritasi akibat zat yang dijatuhkan oleh pesawat tak berawak saat berlayar di Laut Selatan Pulau Kreta, Yunani.
“Kami mengalami serangan kimia, pesawat tanpa awak mendarat tepat di luar perahu dan mengenai wajah saya,” ujarnya. Ia berhasil membersihkan diri dengan air bersih dan dalam kondisi baik-baik saja.
GSF menuduh Israel melakukan “eskalasi berbahaya” setelah sejumlah kapal melaporkan ledakan akibat benda tak dikenal yang jatuh di dek kapal mereka. Militer Israel belum mengonfirmasi serangan tersebut, tetapi pejabat Kementerian Luar Negeri, Eden Bar Tal, menegaskan bahwa Israel tidak akan mengizinkan kapal mana pun memasuki zona pertempuran aktif.
Upaya Internasional dan Armada Terbesar Sejak 2008
Dalam langkah tak biasa, Italia dan Spanyol mengerahkan kapal angkatan laut untuk membantu armada bantuan internasional menuju Gaza. Meski begitu, kapal-kapal mereka tidak akan mendekati wilayah Israel/Gaza kurang dari 278 km.
Global Sumud Flotilla, yang berarti “ketahanan” dalam bahasa Arab, adalah koalisi kapal dari puluhan negara yang membawa bantuan dan aktivis untuk mematahkan blokade ilegal di Gaza. Armada ini berangkat dari pelabuhan di Spanyol, Italia, Yunani, dan Tunisia setelah laporan PBB mengonfirmasi adanya kelaparan di Gaza.
Ini merupakan armada ke-38 yang mencoba menembus blokade maritim Gaza sejak 2008 dan merupakan upaya terbesar hingga kini. Armada gabungan ini melibatkan Freedom Flotilla Coalition, Gaza Free Movement, Maghreb Sumud Flotilla, dan Sumud Nusantara yang diorganisasi oleh Malaysia dan sembilan negara lainnya.
Sejarah Misi dan Penangkapan Kapal Sebelumnya
Pada 2008, satu kapal berhasil mencapai Gaza, namun misi-misi berikutnya selalu gagal. Pada 2010, pasukan komando Israel menyerbu kapal Mavi Marmara milik Turki yang berjarak sekitar 130 km dari pantai Israel, menewaskan 10 aktivis Turki setelah bentrokan terjadi.
Ide misi GSF ini lahir dari sejumlah percobaan armada serupa yang gagal antara Mei dan Juli tahun ini. Kapal-kapal berangkat dari Barcelona pada 31 Agustus, antara lain Conscience yang diduga diserang pesawat tak berawak di lepas pantai Malta, serta Madleen yang membawa Greta Thunberg dan mendapat sorotan internasional.
Kapal-kapal ini sering dicegat Angkatan Laut Israel yang menegaskan bahwa mereka menghentikan kapal-kapal itu karena melanggar blokade dan memasuki zona maritim pantai Gaza secara ilegal.
Serangan Berulang dan Protokol Keamanan Ketat
Serangan terhadap armada ini bukan kali pertama. GSF melaporkan kapal mereka juga diserang saat berada di pelabuhan Tunisia. Abdel Rahman Ghazal, peserta asal Kuwait, menyatakan bahwa dia terkena ledakan dan gas berbau tajam dari perangkat yang dijatuhkan pesawat tak berawak.
“Saya hampir tidak bisa bernapas selama beberapa menit,” ujarnya. Kini mereka menerapkan protokol keselamatan yang lebih ketat, seperti tidak tidur di area terbuka dan selalu mengenakan rompi pelampung saat beristirahat.
GSF juga menyatakan memiliki informasi intelijen kredibel tentang upaya Israel untuk menghentikan armada dalam 48 jam ke depan. Semua peserta telah diancam dengan tuntutan hukum antiterorisme dan hukuman penjara panjang.
Aktivis dan Tokoh Dunia dalam Armada
Armada ini dihuni berbagai tokoh dari politisi hingga selebritas dunia. Mandla Mandela, cucu Nelson Mandela; aktris Susan Sarandon dari Amerika; aktris Prancis Adele Haenel; serta anggota Parlemen Eropa Emma Fourreau dan mantan Wali Kota Barcelona Ada Colau turut ambil bagian.
GSF menegaskan setiap kapal mewakili komunitas yang menolak diam menghadapi apa yang mereka sebut sebagai genosida terhadap rakyat Palestina. Greta Thunberg dalam siaran langsung bersama pelapor khusus PBB Francesca Albanese menyebut penangkapan sebagai “taktik menakut-nakuti” yang tidak akan menghentikan misi mereka.
“Kami sangat, sangat bertekad melanjutkan misi ini,” tegas Thunberg.






