Media Netizen — Generasi Z, kelompok pemuda yang lahir antara 1997 hingga 2012, kini menjadi kekuatan signifikan dalam perjuangan melawan ketidakadilan dan korupsi di berbagai negara. Dari Madagaskar, Asia, hingga Amerika Latin, mereka turun ke jalan menyuarakan tuntutan perubahan radikal dalam pemerintahan yang dinilai gagal mengelola negara dengan baik.
Gelombang aksi protes ini menunjukkan semangat dan keberanian anak muda yang menolak diam menghadapi kondisi yang tidak adil. Mereka menggunakan berbagai platform digital untuk menyuarakan aspirasi dan mengorganisasi perlawanan, sekaligus menginspirasi generasi muda di penjuru dunia.
Madagaskar: Tuntutan Pemakzulan Presiden
Herizo Andriamanantena, juru bicara kelompok Generasi Z di Madagaskar, menyatakan bahwa kaum muda di sana menuntut pemakzulan dan pengunduran diri Presiden Andry Rajoelina. Mereka menilai penggantian menteri kabinet tidak cukup untuk mengatasi tata kelola pemerintahan yang buruk dan korupsi yang merajalela.
Protes ini dipicu oleh krisis pemadaman listrik dan air bersih, yang menurut data PBB telah menewaskan sedikitnya 22 orang dan melukai 100 lainnya sejak 25 September 2025. Meskipun menghadapi intimidasi, mobilisasi anak muda berusia 18–28 tahun di Madagaskar terus berlanjut, karena mereka merupakan mayoritas dari total 32 juta penduduk yang berusia di bawah 30 tahun.
Nepal: Generasi Z Gulingkan Pemerintah Nepotisme
Di Nepal, pemerintah memblokir 26 platform media sosial seperti Facebook dan TikTok dengan alasan keamanan nasional. Namun, hal ini justru memicu puluhan ribu demonstran dari Gen Z turun ke jalan. Mereka menggunakan tagar #NepoBabies untuk mengkritik nepotisme dan korupsi di kalangan pejabat yang berkuasa.
Protes keras ini mengakibatkan penggulingan perdana menteri Khadga Prasad Sharma. Dalam pemungutan suara daring, pendukung Gen Z memilih Sushila Karki, mantan Ketua Mahkamah Agung dan pejuang antikorupsi, sebagai penggantinya. Rajat Das Shrestha, tokoh utama gerakan, mengatakan, “Kami mengharapkan kebangkitan politik berkelanjutan yang dipimpin oleh Generasi Z.”
Serbia: Perlawanan Setelah Tragedi Runtuhnya Stasiun
Di Eropa, Serbia juga menyaksikan gelombang protes Gen Z setelah atap stasiun utama di Kota Novi Sad runtuh pada November 2024, menewaskan 16 orang. Runtuhnya atap tersebut diduga akibat malpraktik konstruksi dan korupsi.
Generasi muda melakukan serangkaian aksi yang meliputi demonstrasi mingguan, pemblokiran jalan, dan penyerangan kantor partai Presiden Aleksandar Vucic. Meski pemerintah menggunakan kekerasan untuk menekan aksi, semangat mahasiswa yang menuntut pengakhiran korupsi tetap menyala. Mantan jenderal polisi Bogoljub Zivkovic menyatakan, “Mahasiswa tidak takut dan mereka telah menularkan sikap itu ke seluruh rakyat.”
Maroko dan Amerika Latin: Aksi Pemuda Tolak Korupsi dan Projek Tak Populer
Di Maroko, gerakan pemuda anonim yang dikenal sebagai “Gen Z 212” menggelar aksi besar menentang korupsi dan pembangunan stadion untuk Piala Dunia 2030. Mereka menuntut dana pembangunan dialihkan ke sektor kesehatan. Dalam bentrokan pada 1 Oktober 2025, sedikitnya 280 orang terluka dan lebih dari 400 ditangkap, menurut kantor berita dpa.
Sementara itu, di Paraguay dan Peru, generasi muda juga melancarkan protes menolak nepotisme dan janji politik yang tidak ditepati. Di Paraguay, demonstran dengan slogan “Kami 99,9 persen dan kami tidak mau korupsi” turun ke jalan di ibukota Asunción. Di Peru, pemuda menuntut pengunduran diri Presiden Dina Boluarte dan menolak reformasi pensiun yang kontroversial.
Dalam setiap aksi, bendera bajak laut dengan tengkorak berkopiah jerami dari animasi One Piece menjadi simbol perlawanan. Seperti tokoh utama, Monkey D. Luffy, para demonstran muda berjuang demi kebebasan dan keadilan, dengan harapan dunia yang lebih adil dan sejahtera untuk semua.






