Berita

Dua Tahun Perang Gaza: Banyak Warga Israel Desak Perang Segera Berakhir

— Dua tahun telah berlalu sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang mengubah kehidupan banyak warga Israel, termasuk Yonatan Shamriz dan keluarganya. Setiap tahun, Yonatan berusaha keras memberikan suasana normal saat merayakan ulang tahun putrinya, Yali, yang lahir tepat pada hari serangan tersebut.

Namun, serangan tersebut meninggalkan luka mendalam. Keluarga Yonatan di Kfar Aza kehilangan banyak anggota, termasuk saudara laki-lakinya, Alon, yang sempat disandera Hamas dan akhirnya tewas tertembak oleh militer Israel saat melarikan diri dari penyanderaan pada Desember 2023. Yonatan kini menjadi pengungsi di negara sendiri, tinggal di sebuah mobil trailer di pusat Israel dan terus berjuang mendukung keluarga terdampak melalui organisasi Kumu.

Perubahan Sosial dan Politik di Israel

Dalam dua tahun terakhir, Israel mengalami perubahan signifikan secara sosial dan politik. Peneliti dari Shalom Hartman Institute, Tomer Persico, mengungkapkan adanya pergeseran kuat ke arah kanan dalam masyarakat Israel yang dipicu oleh trauma mendalam akibat serangan dan konflik yang terus berlanjut.

Trauma ini membangkitkan kenangan kelam dari masa Holocaust dan kekerasan masa lalu, sehingga memicu reaksi penuh dendam dan kekerasan. Banyak warga Israel kembali memegang teguh tradisi agama Yahudi, bahkan beberapa beralih menjadi Yahudi Ortodoks, mirip dengan pola setelah Perang Yom Kippur 1973.

Namun, pergeseran ke kanan ini juga dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh fundamentalis seperti Bezalel Smotrich dan Itamar Ben-Gvir yang memiliki visi menguasai Jalur Gaza dan memindahkan warga Palestina secara paksa. Mereka bahkan mengancam akan menggulingkan pemerintah jika rencana tersebut terganggu.

Ketidakpuasan Warga dan Protes Berkelanjutan

Meski pergeseran ke kanan terjadi, tidak semua warga mendukung pemerintahan koalisi Netanyahu. Banyak yang mengkritik kebijakan pemerintah terkait perang dan menginginkan penyelidikan nasional serta pemilu baru. Survei terbaru menunjukkan 66 persen warga Israel mendesak agar perang segera diakhiri, dan 64 persen menganggap Netanyahu bertanggung jawab atas serangan mematikan tahun 2023 serta harus mundur.

Demonstrasi besar sering digelar di Yerusalem dan Tel Aviv menuntut perdamaian dan pemulangan sandera. Dalam beberapa bulan terakhir, perhatian masyarakat juga meningkat terhadap kondisi kemanusiaan di Gaza, meski pandangan warga Israel terhadap perang ini masih terbagi.

Dampak Perang pada Kehidupan Sehari-hari

Perang yang telah berlangsung dua tahun membuat kehidupan di Israel berubah drastis. Jalanan Yerusalem kini lebih sepi, turis berkurang drastis, dan suasana masyarakat menjadi lebih tertutup dan penuh kecemasan. Pemilik restoran Meir Micha menyatakan bahwa pelanggan kini datang hanya untuk makan tanpa banyak bicara, mencerminkan kelelahan warga menghadapi situasi ini.

Sementara itu, warga seperti Eli Katz merasa bingung dengan kondisi di sekitar mereka. Ia menilai tanggapan komunitas internasional dan retorika politik justru memperkeruh suasana, membuat warga merasa terisolasi dan terpaksa terus bertahan dalam perang.

Perpecahan dalam Masyarakat Israel

Perang juga memicu perpecahan di antara warga Israel. Penata rambut Effi Hazuot menggambarkan bagaimana dukungan terhadap perang kini terbelah antara kubu kanan yang ingin melanjutkan perlawanan dan kubu kiri yang mendesak agar perang segera diakhiri tanpa memedulikan hasil kemenangan.

Effi sendiri mendukung kelanjutan perang hingga Hamas benar-benar dihancurkan dan menolak klaim kelaparan di Gaza, yang bertentangan dengan peringatan dari PBB dan lembaga kemanusiaan. Sementara itu, Miri Ben Amram yang kehilangan putranya dalam tugas militer, mengakui perang telah memecah belah negara dan menjadikan persatuan sulit dicapai.

Harapan dan Tantangan Masa Depan

Banyak warga Israel merasa dunia internasional sudah mulai berpaling dari penderitaan mereka, sementara dukungan terhadap Israel di kancah global menurun. Yonatan Shamriz menilai kepemimpinan saat ini gagal memperjuangkan kepentingan Israel di dunia, sehingga advokasi sebenarnya datang dari warga sipil yang terdampak langsung.

Data resmi juga menunjukkan peningkatan eksodus warga Israel, dengan lebih dari 82.700 orang meninggalkan negara itu pada 2024, meskipun jumlah penduduk secara keseluruhan masih meningkat. Di tengah situasi sulit ini, masyarakat Israel terus menanti perubahan besar, refleksi, dan masa pertanggungjawaban setelah perang berakhir.

Jangan ketinggalan informasi penting! Follow kami sekarang di Google News.

Penulis: Sony Watson