Hiburan & Gaya Hidup

Chiki Fawzi Kenang Setahun Kepergian Marissa Haque dan Perjuangan di Gaza

— Jakarta – Setahun telah berlalu sejak kepergian Marissa Haque, sang ibunda tercinta bagi Chiki Fawzi. Momen tersebut membekas dalam perjalanan hidup Chiki yang tak hanya berkutat pada dunia hiburan, tapi juga aktif dalam misi kemanusiaan untuk Palestina.

Pada awal Oktober 2025, Chiki menghadapi kenyataan pahit saat kabar penangkapan anggota misi Global South Flotilla, yang berjuang membantu Palestina, diculik militer Israel. Peristiwa ini menjadi bagian dari kisah perjuangan yang sangat personal dan spiritual bagi Chiki.

Makna Spiritual dan Sejarah Perjuangan Palestina

Chiki menjelaskan bahwa perjuangan membela Palestina bagi dirinya bukan sekadar politik atau kemanusiaan, melainkan juga sejarah spiritual yang melekat kuat. “Soal Palestina, kalau istilah nubuwwahnya, karena saya muslim, itu Baitul Maqdis. Kayak end game-nya semua muslim di sana, tanah para nabi. Visinya memang membebaskan. Roadmap-nya sudah dipersiapkan dari zaman Rasulullah sampai pembebasan oleh sahabat dan Salahuddin Al-Ayyubi. Sekarang mungkin giliran kita semua,” ujar Chiki saat berbicara di Studio Rumpi No Secret Trans TV, Minggu (5/10/2025).

Solidaritas Multikultural dalam Misi Kemanusiaan

Menariknya, misi kemanusiaan Global South Flotilla ini melibatkan aktivis dari berbagai negara dan latar belakang agama, termasuk non-Muslim. Chiki mengaku terkesan dengan semangat kemanusiaan para aktivis internasional tersebut.

“Greta bilang, ‘Thank you for Indonesian people who always standing up against genocide, standing up for Palestine.’ Aku merasa harusnya kata-kata itu dari orang muslim, tapi ini justru dari mereka,” imbuhnya.

Restu Keluarga dan Perjalanan Spiritual

Dalam setiap langkah perjuangan, Chiki selalu memohon restu dan doa dari ayahnya, Ikang Fawzi. Sebelum batal ikut misi Global Sumud Flotilla, ia sempat berziarah ke makam ibunya untuk mendapatkan kekuatan.

“Aku sampai ke makamnya sebelum berlayar. Always lah. Aku juga minta izin ke ayah. Sulit berproses, tapi akhirnya ayah restuin,” tuturnya.

Perasaan Ayah dan Qadarullah yang Menyelimuti

Chiki juga menceritakan bagaimana perasaan ayahnya menjadi pertimbangan besar. Ia menyadari bahwa tanggal penangkapan rekan-rekannya sama persis dengan hari kepergian ibunya yang jatuh pada 1 dan 2 Oktober, tengah malam.

“Kalau aku ikut berlayar kemarin, di tanggal dan jam yang sama ketika teman-teman pelayaran kami diculik Israel dari kapal, itu adalah tanggal dan jam yang sama di tahun lalu ketika Allah ambil ibu aku. Bayangin kalau di tanggal dan jam yang sama, 1 dan 2 Oktober itu tengah malam, aku ditangkap Israel lagi berlayar, ayah perasaannya kayak apa. Jadi setelah aku pikir-pikir, udah qadarullah sih aku gak ikut berlayar. Aku harus berempati sama ayah, iya, setahun yang lalu, benar-benar ibu aku meninggal,” ujarnya dengan penuh perasaan.

Chiki menegaskan bahwa semua yang terjadi merupakan bagian dari qadarullah. “Benar qadarullah-nya kayak gitu,” katanya singkat.

Peluang Kembali Berjuang dan Berlayar

Meski batal berangkat pada misi sebelumnya, Chiki tidak menutup kemungkinan untuk kembali berpartisipasi dalam perjuangan kemanusiaan jika kesempatan datang.

“Kalau ada kesempatan sih why not. Coba optimal aja,” pungkasnya.

Jangan ketinggalan informasi penting! Follow kami sekarang di Google News.

Penulis: Venicka Arlia Putriana