Media Netizen — Berakhirnya program insentif pajak kendaraan listrik federal di Amerika Serikat memicu kekhawatiran serius di kalangan produsen otomotif. Tanpa subsidi sebesar US$7.500 atau sekitar Rp125 jutaan, daya tarik mobil listrik berpotensi menurun drastis di pasar Amerika.
Jim Farley, CEO Ford, secara terbuka memperingatkan bahwa penjualan mobil listrik di AS bisa runtuh hingga separuhnya akibat penghapusan insentif tersebut. Prediksi ini menunjukkan betapa besar pengaruh kebijakan pajak terhadap perkembangan kendaraan ramah lingkungan di negara tersebut.
Federal EV Tax Berakhir, Dampak Langsung ke Penjualan Mobil Listrik
Program Federal EV Tax resmi berakhir pada Selasa, 30 September 2025. Menurut Farley, insentif pajak selama ini menjadi kunci utama pertumbuhan pangsa pasar mobil listrik di AS, yang sempat mencapai 10-12 persen. Tanpa keringanan ini, ia memperkirakan angka tersebut akan kembali turun ke sekitar 5 persen, level yang sama seperti tiga tahun lalu.
“Industri ini masih akan hidup, tapi jauh lebih kecil dari perkiraan sebelumnya. Perubahan kebijakan emisi dan hilangnya insentif US$7.500 memberikan tekanan besar,” ujar Farley saat berbicara di acara Ford Pro Accelerate di Detroit, dikutip Kamis (10/10).
Strategi Ford Menyesuaikan Kapasitas Produksi
Kondisi ini membuat Ford harus melakukan evaluasi ulang terhadap arah bisnis mobil listriknya. Kapasitas pabrik dan fasilitas produksi baterai yang telah dibangun berisiko tidak optimal jika permintaan menurun drastis.
Farley menambahkan, “Kami akan tetap mengoperasikan pabrik, tapi tekanan akan meningkat karena sebelumnya ada kepastian kebijakan selama empat tahun. Sekarang harus menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi.” Ia menilai meski adaptasi itu penting bagi negara, tantangan bisnis menjadi semakin berat.
Konsumen Masih Enggan Membeli Mobil Listrik Berharga Tinggi
Selain faktor kebijakan, Farley juga mengungkapkan tantangan dari sisi preferensi konsumen. Menurutnya, masyarakat belum terlalu tertarik membeli mobil listrik dengan harga mencapai US$75 ribu atau sekitar Rp1,5 miliar.
“Mereka mengakui mobil listrik menarik karena performa cepat, efisien, dan tak perlu ke SPBU, tapi harga masih menjadi penghalang utama,” jelas Farley.
Video Tambah Tahu: Alasan Insentif Mobil Listrik Impor Tidak Lagi Berlanjut