Berita

Aksi ‘Piknik’ di Depan DPR Berakhir dengan Lilin, Massa Tuntut Bebaskan Tahanan Politik

— Sore hari di kawasan DPR/MPR RI Jakarta dipenuhi oleh massa aksi yang menggelar demonstrasi dengan konsep unik bertajuk ‘piknik’. Aksi ini berlangsung dengan suasana damai dan berakhir saat para peserta menyalakan lilin sebagai simbol perlawanan dan harapan.

Pantauan di lapangan menunjukkan bahwa mulai pukul 18.05 WIB, massa yang hadir mulai memegang lilin dan berkumpul untuk menyampaikan pernyataan sikap mereka. Dalam kesempatan tersebut, mereka menegaskan tuntutan agar aparat keamanan tidak bertindak represif dan mendesak pembebasan tahanan politik yang dianggap mereka sebagai korban kriminalisasi.

Massa Menyalakan Lilin Sebelum Membubarkan Diri

Setelah pembacaan pernyataan sikap, massa secara perlahan mulai membubarkan diri sejak pukul 18.20 WIB sambil memadamkan lilin mereka. Aksi ini berlangsung tertib dan tanpa insiden berarti, menandai berakhirnya unjuk rasa yang cukup menarik perhatian publik.

Wahana Kreatif dalam Aksi Menarik Perhatian

Sebelumnya, peserta aksi menikmati berbagai wahana yang disediakan panitia, mulai dari kolam pemancingan ikan mainan hingga layanan pasang kutek gratis. Konsep ini menjadi daya tarik tersendiri dan memberikan nuansa berbeda dalam unjuk rasa politik di Jakarta.

Tiga Tuntutan Utama Massa

Ketua BEM Universitas Indonesia, Atan Zayyid Sulthan Rahman, mengungkapkan tiga tuntutan yang dibawa dalam aksi tersebut. Pertama, mereka mengecam tindakan represif aparat kepolisian yang dinilai melanggar standar operasional prosedur dan kemanusiaan.

“Kami mengecam segala tindakan represifitas dari aparat kepolisian yang seharusnya menjadi penegak hukum, namun kenyataannya masih terjadi kriminalisasi dan represi yang tidak manusiawi,” kata Atan kepada wartawan.

Tuntutan kedua adalah pembebasan tahanan politik yang masih ditahan karena menyuarakan pendapat dan aktivitas demokrasi. Menurut massa, penahanan tersebut merupakan bentuk pelemahan demokrasi di Indonesia.

“Banyak tahanan politik yang masih ditahan hanya karena menyuarakan pendapatnya dan dianggap sebagai penghasutan. Ini jelas upaya melemahkan demokrasi,” tambahnya.

Ketiga, massa mendesak pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan untuk mendengarkan aspirasi yang belum terpenuhi dan berkomitmen menindaklanjuti tuntutan masyarakat sipil, mahasiswa, buruh, dan petani secara berkelanjutan.

“Kami menekan eksekutif, legislatif, dan yudikatif untuk memperhatikan seluruh tuntutan kami yang akan kami sampaikan dalam satu bulan ke depan,” ujar Atan.

Jangan ketinggalan informasi penting! Follow kami sekarang di Google News.

Penulis: Sony Watson