Media Netizen — Accenture, perusahaan konsultan IT terbesar dunia, baru saja mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap lebih dari 11.000 karyawannya dalam rangka proses restrukturisasi besar-besaran. Langkah ini terjadi di tengah transisi perusahaan menuju pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang semakin masif.
Dalam tiga bulan terakhir, Accenture mengurangi jumlah karyawannya dari 791.000 menjadi 779.000. Namun, PHK ini diperkirakan belum berakhir karena perusahaan terus mengadaptasi teknologi AI dalam operasionalnya dan menggeser fokus pada kompetensi digital.
Pelatihan AI Jadi Kunci Bertahan
Untuk membantu karyawan menyesuaikan diri, Accenture agresif meluncurkan program pelatihan AI. Mereka memberikan peringatan tegas bahwa pegawai yang gagal mengikuti pelatihan ini berisiko kehilangan posisi mereka, seperti halnya ribuan staf yang sudah diberhentikan.
Langkah ini sejalan dengan akuisisi Accenture terhadap NeuraFlash, perusahaan AI, pada Agustus lalu. Akuisisi tersebut bertujuan memperkuat kapabilitas AI Accenture dan memaksimalkan kolaborasi dengan berbagai perusahaan teknologi lain yang telah berjalan dalam beberapa tahun terakhir.
CEO Accenture Tegaskan Strategi Investasi Keterampilan
Julie Sweet, CEO Accenture, menegaskan bahwa penggunaan AI canggih kini menjadi bagian tak terpisahkan dari perusahaan. Ia menekankan pentingnya karyawan untuk terus mengasah kemampuan agar mampu menghadapi tantangan teknologi baru.
“Kami berinvestasi besar dalam peningkatan keterampilan sebagai strategi utama kami,” ujar Sweet kepada CNBC. Ia juga menyebutkan bahwa di tengah PHK, perusahaan justru merekrut talenta baru, khususnya di bidang AI dan data. Pada 2025, Accenture menargetkan memiliki 77.000 profesional AI, meningkat signifikan dari 40.000 pada 2023.
Pertumbuhan Pendapatan Didorong Permintaan AI
Perusahaan yang bermarkas di Irlandia ini melaporkan pendapatan sebesar USD 69,7 miliar pada tahun fiskal 2025, mengalami kenaikan 7% dibandingkan tahun sebelumnya. Sweet mengaitkan pertumbuhan ini dengan meningkatnya kebutuhan klien untuk mengimplementasikan AI di seluruh lini bisnis mereka.
“Investasi awal kami di AI membuahkan hasil yang nyata. Kami sangat optimistis memasuki tahun fiskal 2026 dengan momentum kuat, didorong oleh posisi Accenture sebagai perusahaan yang memastikan penggunaan AI canggih,” ungkap Sweet.
Ia menambahkan bahwa hampir setiap CEO, dewan direksi, dan jajaran eksekutif kini menyadari bahwa AI merupakan kunci masa depan. Meski antusias, banyak perusahaan yang belum siap menghadapi transformasi besar-besaran ini.