Berita

7 Fakta Penting Perang Dua Tahun di Gaza yang Mengubah Wajah Konflik Israel-Palestina

— Perang yang melanda Gaza selama dua tahun terakhir telah mengubah secara drastis lanskap sosial dan politik di kawasan tersebut. Ribuan korban jiwa berjatuhan sementara krisis kemanusiaan semakin parah akibat blokade dan serangan yang terus berlangsung. Konflik ini pun menarik perhatian dunia, dari polemik politik hingga gelombang protes internasional.

Sejak serangan mendadak Hamas di Tel Aviv pada 7 Oktober 2023, Israel merespons dengan operasi militer besar-besaran ke Gaza. Hingga kini, pertempuran belum menunjukkan tanda-tanda mereda, sementara upaya diplomasi tengah berjalan di Mesir dengan harapan mengakhiri pertumpahan darah yang telah menghancurkan banyak sisi kehidupan warga Gaza.

Korban Jiwa dan Kerusakan Besar di Gaza

Menurut data dari Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, sekitar 66.000 orang telah tewas selama operasi militer Israel, dengan sekitar 80 persen di antaranya adalah warga sipil. Korban luka mencapai 169.000 jiwa, dan organisasi internasional memperkirakan angka sebenarnya jauh lebih tinggi.

Selain itu, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) melaporkan bahwa 90 persen rumah di Gaza rusak atau hancur total. Akibat blokade Israel, hampir 1,9 juta dari 2,1 juta penduduk Gaza kehilangan tempat tinggal dan menghadapi kelaparan parah yang sudah merenggut sekitar 450 nyawa, termasuk 150 anak-anak.

Tujuan Israel dan Nasib Sandera

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menetapkan dua target utama perang ini: pembebasan seluruh sandera dan penghancuran kelompok Hamas. Namun, dua tahun berlalu, tujuan tersebut belum sepenuhnya tercapai.

Dari 251 sandera yang dibawa ke Gaza, sebanyak 148 telah dikembalikan hidup-hidup, termasuk delapan yang diselamatkan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan 140 yang dibebaskan melalui pertukaran tahanan. Pemerintah Israel masih menyatakan 48 sandera ditahan, dengan 20 di antaranya diperkirakan masih hidup.

Kelelahan dan Frustrasi Masyarakat Israel

Perang yang berkepanjangan membuat masyarakat Israel merasakan kelelahan dan frustrasi mendalam. Survei dari Israel Democracy Institute menunjukkan 66 persen warga menginginkan perang segera dihentikan. Sebanyak 64 persen bahkan menilai Netanyahu harus bertanggung jawab dan mundur dari jabatannya.

Meski pandangan warga Israel tentang keamanan masih terbagi, mayoritas mengakui posisi Israel di panggung internasional menurun drastis. Komunitas Yahudi Amerika juga tak lepas dari perubahan sikap, dengan sebagian besar menganggap Israel melakukan kejahatan perang terhadap warga Palestina.

Perubahan Politik dan Sosial di Israel

Tomer Persico, peneliti dari Shalom Hartman Institute, menyatakan bahwa perang ini memicu pergeseran signifikan ke arah kanan dalam politik dan sosial Israel. Banyak warga kembali mengadopsi tradisi agama Yahudi secara lebih konservatif, mirip dengan yang terjadi pasca Perang Yom Kippur 1973.

Trauma yang mendalam dari konflik ini menimbulkan ingatan dan luka kolektif yang berakar dari sejarah panjang penderitaan komunitas Yahudi, termasuk Holocaust dan pogrom.

Bantuan Militer AS untuk Israel Mencapai Rp359,3 Triliun

Amerika Serikat telah mengucurkan bantuan militer senilai sekitar US$ 21,7 miliar (setara Rp 359,3 triliun) kepada Israel sejak serangan Hamas pada Oktober 2023. Sebagian besar bantuan itu disalurkan pada tahun pertama konflik di bawah pemerintahan Joe Biden, dengan sisanya pada tahun kedua.

Laporan dari Universitas Brown menyebutkan bahwa tanpa dukungan finansial dan militer Amerika, Israel sulit untuk mempertahankan operasi militernya di Gaza. Selain itu, AS juga menggelontorkan sekitar US$ 10 miliar tambahan untuk operasi keamanan di Timur Tengah selama dua tahun terakhir.

Optimisme Trump atas Kesepakatan Damai Gaza

Presiden AS Donald Trump menyatakan keyakinannya bahwa kesepakatan damai terkait Gaza akan segera tercapai. Ia menyebut Hamas telah menyetujui poin-poin penting dalam perundingan tidak langsung yang tengah berlangsung di Mesir.

Trump menekankan bahwa jika ada syarat yang tidak terpenuhi, kesepakatan tidak akan dilanjutkan. Namun, ia tetap optimistis bahwa perdamaian dapat diwujudkan setelah bertahun-tahun negosiasi yang sulit.

Tuntutan Hamas dalam Perundingan Damai

Hamas menyatakan kesiapannya untuk menyelesaikan perang berdasarkan rencana yang diajukan oleh Presiden AS, namun tetap mengajukan beberapa tuntutan utama. Mereka menuntut penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza dan gencatan senjata permanen.

Selain itu, Hamas menginginkan proses rekonstruksi Gaza diawasi oleh badan teknokratis nasional Palestina. Meski demikian, negosiasi tetap menghadapi hambatan besar karena Israel menuntut Hamas melucuti senjata, yang ditolak keras oleh kelompok tersebut.

Harapan dan Realita di Tengah Konflik

Perundingan yang sedang berjalan di Mesir membawa harapan di tengah konflik yang telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina dan Israel. Namun, tanpa gencatan senjata, serangan di Gaza terus berlanjut, memperburuk penderitaan penduduk sipil.

Di sisi lain, warga Israel yang kehilangan anggota keluarga akibat serangan Hamas masih berharap sandera yang tersisa dapat segera dibebaskan. Sementara itu, warga Gaza yang terus hidup dalam ketakutan dan kehancuran menantikan akhir dari penderitaan yang telah berlangsung selama dua tahun.

Jangan ketinggalan informasi penting! Follow kami sekarang di Google News.

Penulis: Sony Watson