Media Netizen — Kota Bogor kini menghadapi tantangan serius terkait kesehatan anak-anak balitanya. Tercatat, sebanyak 1.411 balita di wilayah ini mengalami stunting, kondisi yang menunjukkan gangguan pertumbuhan akibat gizi buruk selama 1.000 hari pertama kehidupan.
Meski angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1.588 balita, Wakil Wali Kota Bogor, Jenal Mutaqin, menegaskan pentingnya penanganan terpadu agar angka stunting dapat ditekan secara signifikan.
Penanganan Stunting Dilakukan dengan Satu Komando
Dalam Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penanganan Stunting (Rakor TPPS) II Kota Bogor Tahun 2025, Jenal mengungkapkan bahwa target ke depan adalah memberikan treatment yang tepat sasaran berdasarkan data valid. Pola penanganan akan menggunakan pendekatan by name, by address, by case, sehingga setiap kasus stunting dapat ditangani secara spesifik dan efektif.
“Dengan satu komando, pihak terkait tidak bertindak sendiri-sendiri, melainkan fokus pada sasaran yang sudah ditentukan, sehingga treatment yang diberikan jelas dan dapat dievaluasi dalam jangka waktu tertentu,” ujar Jenal, Kamis (2/10/2025).
Anggota DPRD Jadi Bapak Asuh Anak Stunting
Selain itu, Jenal mengajak para anggota DPRD Kota Bogor untuk berperan aktif sebagai bapak asuh bagi anak-anak yang mengalami stunting. Langkah ini diharapkan bisa mempercepat penurunan angka stunting melalui pendampingan secara rutin.
“Para anggota dewan sangat berkenan dan bersedia menjadi bapak asuh stunting. Setiap dua minggu mereka mengunjungi balita dan anak-anak stunting untuk memantau perkembangan dari asupan gizi yang diberikan,” tambahnya.
Pemanfaatan Aplikasi untuk Pemantauan dan Prioritas Penanganan
Pemerintah Kota Bogor juga berencana meluncurkan aplikasi khusus yang memberikan informasi lengkap kepada para pemangku kepentingan terkait kontribusi dan penanganan stunting. Aplikasi ini akan membantu memetakan daerah dengan angka stunting tertinggi serta memprioritaskan pemberian gizi tambahan di kelurahan yang membutuhkan.
“Aplikasi ini penting sebagai panduan yang memberikan gambaran jelas dan spesifik, sehingga upaya yang dilakukan tidak sembarangan, melainkan sesuai kebutuhan anak-anak stunting,” jelas Jenal.